Akses terhadap keuangan digital menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia yang masih tergolong unbanked (tidak memiliki layanan perbankan) dan underbanked atau underserved (tidak sepenuhnya menggunakan layanan perbankan). GoTo sebagai pemilik ekosistem digital mumpuni di Indonesia ambil bagian dalam perluasan inklusi keuangan di Tanah Air.
Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) di tahun 2021 berjudul 'Peran GoTo Financial (GTF) terhadap Inklusi Keuangan Indonesia Tahun 2021' mengemukakan ekosistem keuangan digital yang dibangun GoTo telah membantu masyarakat unbanked dan underbanked untuk lebih mudah mengakses layanan keuangan formal.
Riset menunjukkan 1 dari 4 konsumen Indonesia yang belum pernah terekspos jasa perbankan sekarang memakai layanan perbankan setelah menggunakan layanan pembayaran digital GoPay. Selanjutnya, GoPay menjadi gerbang pembuka akses keuangan digital, yakni 60% UMKM dan 46% konsumen pertama kali bertransaksi non-tunai dengan GoPay.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"untuk mengatasi kesenjangan inklusi keuangan, kita harus terlebih dahulu membawa masyarakat masuk ke dalam inklusi digital," kata CEO GoTo Andre Soelistyo dalam keterangan tertulis, Kamis (26/5/2022).
Hal itu disampaikannya di World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss. Dalam forum tersebut, Andre berbicara bersama dengan sejumlah tokoh keuangan global membahas mengenai 'Financial Inclusion: Addressing the Largest Gaps' (Inklusi Keuangan: Menjawab Kesenjangan Terbesar).
"Seiring dengan upaya pemerintah Indonesia dalam membangun infrastruktur digital, meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas, perusahaan seperti GoTo pun hadir, dan kini, dengan sarana digital, kelompok masyarakat yang sebelumnya underserved [tidak terlayani] oleh ekonomi sektor formal dapat menjadi bagian dari inklusi keuangan," sambung Andre.
![]() |
Andre menyampaikan teknologi mampu mendukung adanya inklusi keuangan lantaran platform yang dikembangkan perusahaan digital, termasuk GoTo, mampu menyediakan rekam jejak transaksi yang dapat dipergunakan oleh penyedia jasa untuk menciptakan produk keuangan yang inklusif.
"Para pedagang atau mitra pengemudi kami awalnya tidak memiliki rekam jejak keuangan; dengan menjadi bagian ekosistem GoTo dan bertransaksi secara digital mereka kini memiliki rekam jejak. Dengan rekam jejak transaksi tersebut, para pedagang dan mitra pengemudi kami dapat mengakses layanan keuangan lain seperti simpanan, pinjaman produktif, asuransi, dan lainnya," tutur Andre.
Baca juga: Pengamat Sebut GOTO Punya Prospek Baik |
"Dengan demikian, ekosistem kami membantu mereka meningkatkan pendapatan serta memberikan kesempatan para pedagang dan mitra pengemudi mengakses layanan keuangan serta meningkatkan kesejahteraan mereka," imbuhnya.
Selain partisipasinya di Pertemuan Tahunan WEF, pada Senin (23/5) Andre juga menjadi salah satu pembicara dalam sesi Deepening Digital Growth in The New Economic Landscape (Memperdalam Pertumbuhan Digital dalam Lanskap Ekonomi Baru) dalam rangkaian Indonesia Pavilion, acara penyerta yang diselenggarakan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
![]() |
Sebagai informasi, per 30 September 2021, layanan GoTo didukung lebih dari 2,5 juta mitra pengemudi terdaftar dan lebih dari 14 juta pedagang terdaftar. Tim Peneliti LD FEB UI memaparkan pada 2021, ekosistem Gojek dan GoTo Financial diperkirakan berkontribusi 2% terhadap PDB Indonesia atau sekitar Rp 249 triliun, naik 60% dari 2019-2020.
(akn/ega)