Riman, Co-founder dari OJA Coin saat memberikan penjelasan di sesi Ask Me Anything yang diselenggarakan oleh salah satu bursa crypto exchange store kemarin menjelaskan, pengembangan OJA Coin dan OJA Blockchain ini diperlukan demi memfasilitasi utility yang sedang di bangun, yakni Customer Loyalty Platform berbasis blockchain.
"Teknologi blockchain dan Web3 dapat menjadi suatu peluang baru bagi setiap perusahaan dalam meningkatkan potensi usahanya dengan cara yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya," tambah dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
OJA Coin Siap Membantu UMKM Mengadopsi Cryptocurrency
Setiap pedagang atau merchant yang tergabung dengan OJA Coin dapat meningkatkan loyalitas pelanggannya dengan memberi poin rewards berupa $OJX dalam setiap pembelian.
Poin berupa $OJX yang dikumpulkan customer ini kemudian dapat ditukarkan menjadi voucher, diskon dan hingga dapat ditukarkan menjadi mata uang lokal di bursa kripto.
Program Customer Loyalty Platform tersebut saat ini memang masih dalam pengembangan, namun telah mendapatkan cukup banyak antusiasme dari brand dan perusahaan besar di seluruh dunia untuk bergabung.
Karena selain dapat meningkatkan loyalitas customer kepada brand tersebut, program ini diharapkan dapat meningkatkan adopsi mata uang digital atau cryptocurrency hingga seluruh pelosok negeri.
"Dengan ekosistem yang sedang dibangun oleh OJA Coin, kami ingin semua kalangan dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi digital berbasis blockchain terdesentralisasi ini, bukan hanya untuk aktivitas trading atau investasi saja namun juga dalam aktivitas transaksi sehari-hari. Karena inilah faktor utama yang akan menjaga kestabilitasan suatu mata uang, termasuk mata uang kripto," jelas dia.
Ditambahkannya lagi bahwa pemerintah sebaiknya segera memberikan dukungan penuh terhadap perkembangan inovasi ini melalui regulasi yang berpihak kepada pengembang.
Seperti diketahui, bahwa masih banyak negara yang masih setengah-setengah dalam mendukung perkembangan mata uang digital seperti Bitcoin.
Termasuk di Indonesia, yang dimana masih melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran yang sah, namun pada sisi lain dianggap sah sebagai komoditas atau aset investasi yang dapat diperdagangkan secara legal.
Hal ini dikhawatirkan bakal menghambat perkembangan teknologi blockchain yang dipercaya dapat menjadi solusi bagi banyak industri.
Jika konsep ini terealisasi, mungkin dalam waktu dekat kita dapat beli es krim di kaki lima menggunakan mata uang kripto.
(dna/dna)