Tidak hanya untuk menghindarkan konsumen menjadi korban dari aksi kejahatan ekonomi, peningkatan literasi keuangan juga bisa memberikan kompetensi dan kapabilitas bagi masyarakat untuk membuat keputusan ekonomi yang bijak, di samping memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai potensi risiko yang akan dihadapi.
"Peningkatan jumlah investor kripto yang berkembang pesat, tidak berbanding lurus dengan pergerakan aset kripto yang saat ini justru mengalami pelemahan. Menurut catatan BAPPEBTI, pada periode Januari-Agustus 2022, total nilai transaksi aset kripto turun lebih dari 50%. Sebagai komoditi, pasang surut nilai aset kripto adalah sebuah keniscayaan. Kondisi ini juga dipicu pelemahan ekonomi global, yang juga menyebabkan anjloknya nilai aset kripto global," jelas Bamsoet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bamsoet mengungkapkan Bitcoin misalnya, pada kuartal II 2022 mengalami penurunan nilai aset hingga lebih dari 50% dibandingkan kuartal I. Namun pada kuartal III kembali naik 17,7%. Demikian juga Ethereum, penurunan pada kuartal II bahkan mencapai lebih dari 90%, meskipun pada kuartal III kembali naik 57%.
Kondisi serupa juga dialami pasar kripto global yang saat ini masih mengalami tekanan. Secara umum, kondisi perekonomian dunia yang sedang 'tidak baik-baik saja', termasuk faktor geopolitik global yang tidak kondusif dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina, turut mendorong pelemahan pasar kripto secara menyeluruh.
"Total kapitalisasi pasar aset kripto yang sebelumnya mencapai lebih dari US$ 3 triliun, saat ini diperkirakan turun hingga dibawah US$ 1 triliun," imbuh Bamsoet.
Turut hadir antara lain, Direktur Bisnis Coin Store Global Mr. James Toh, Ketua KADIN Bandung Iwa Gartiwa, Wakil Ketua Kadin Bandung bidang keuangan M. Shobirin, dan Ketua Komite Aset Digital Kadin Bandung Raine Renaldi.
(akd/hns)