5 Alasan Pinjol-Paylater Mulai Ada di Bank Digital

5 Alasan Pinjol-Paylater Mulai Ada di Bank Digital

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 13 Nov 2022 19:32 WIB
Pinjam Online
Foto: Pinjam Online (Tim Infografis: Andhika Akbarayansyah)
Jakarta -

Tak dapat dipungkiri, layanan paylater yang ditawarkan oleh perusahaan fintech P2P lending menerima sambutan hangat masyarakat dari berbagai kalangan. Penyebabnya karena layanan keuangan berbasis digital tersebut mampu menjawab keluhan masyarakat yang merasa kesulitan menjangkau produk pinjaman konvensional.

Semenjak kehadiran paylater, masyarakat memiliki opsi tambahan yang lebih mudah dijangkau dan praktis untuk mendapatkan bantuan finansial. Dengan syarat pengajuan yang mudah dan proses ringkas, paylater mampu memudahkan aktivitas berbelanja untuk memenuhi kebutuhan penggunanya.

Namun, tahukah Anda jika peran paylater dan perusahaan fintech lending juga berpengaruh pada industri bank digital secara umum? Dengan perkembangannya yang begitu pesat dan layanan yang begitu cepat diterima oleh masyarakat, tak mengherankan jika neobank dan bank digital begitu tertarik dengan layanan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, segmen yang disasar oleh paylater dan fintech lending dinilai sejajar dengan bank digital maupun neobank ke depannya. Hal ini tentu saja juga bisa menjadi informasi menarik bagi Anda yang berencana untuk menjadi investor di industri tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah 5 alasan mengapa paylater dan fintech P2P lending digadang-gadang bakal menjadi masa depan industri bank digital.

1. Punya Infrastruktur yang Bisa Tingkatkan Efisiensi dan Efektivitas Operasional

Neobank dan bank digital saat ini tengah berlomba untuk bisa memanfaatkan infrastruktur yang dipunyai oleh pemain fintech atau teknologi finansial. Dengan platform layanan yang sudah terbukti kualitasnya, dan telah mendapatkan izin usaha serta status terdaftar dari lembaga khusus, seperti, OJK dan Bank Indonesia, fintech tentu memiliki infrastruktur yang tak perlu diragukan lagi.

ADVERTISEMENT


Karena alasan inilah kenapa bank digital maupun neobank sama-sama ingin memanfaatkannya. Tujuannya agar tingkat efisiensi dan efektivitas operasional bisnisnya bisa turut ditingkatkan.

2. Fintech dan Bank Digital Sasar Konsumen dari Sektor UMKM dan Ritel

Di sisi lain, alasan mengapa bank digital tertarik dengan paylater maupun fintech lending adalah karena kedua layanan tersebut juga menyasar konsumen atau nasabah dari sektor UMKM dan juga ritel. Kedua sektor tersebut juga disinyalir bakal menjadi sasaran dari para pemain bank digital maupun neobank di waktu mendatang.

Jadi, dengan menjalin kerja sama dengan penyedia layanan paylater maupun perusahaan fintech, bank digital serta neobank lebih mudah untuk bisa mewujudkan rencananya tersebut. Terlebih dengan infrastruktur yang telah dimiliki oleh paylater maupun perusahaan fintech lending itu sendiri.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

3. Punya Ekosistem Tersendiri

Alasan mengapa fintech dan paylater mampu diterima dengan cepat oleh masyarakat adalah kemampuannya dalam mengakomodasi nasabah berisiko besar. Beberapa nasabah layanan tersebut mungkin berasal dari kalangan yang tak mampu menjangkau produk pinjaman dari bank, atau secara istilah disebut underserved dan unbankable.

Kemampuan fintech dan layanan paylater dalam mengakomodasi nasabah dengan risiko tinggi pun telah terbukti mampu berjalan dengan lancar. Sebagai contoh, pelaku fintech umumnya bergerak pada penyediaan layanan paylater di situs belanja online tertentu, maupun mengkhususkan diri untuk memberikan bantuan pinjaman atau permodalan bagi UMKM produktif pada nasabah yang tergolong ke kategori underserved dan unbankable.

Jadi, bagi bank digital, melakukan kolaborasi dengan fintech jauh lebih efektif ketimbang harus memulai sistem di bidang teknologi yang baru lagi. Sebab, aktivitas tersebut juga memerlukan biaya investasi yang tidak murah.

4. Tingkat Bunga Paylater dan Layanan Fintech Dirasa Menjanjikan

Selain mampu mengakomodasi nasabah dengan tingkat risiko tinggi, layanan yang ditawarkan oleh fintech pun dirasa memiliki tingkat bunga yang lumayan menjanjikan. Hal tersebut tentu saja mampu menjadi siasat untuk tetap bertahan di kondisi perkreditan yang tengah lesu akibat pandemi. Aktivitas channeling ini juga ternyata turut dilakukan oleh pihak perbankan digital daripada memilih obligasi negara yang memiliki margin lebih tipis.

5. Mampu Himpun Dana dari Pihak Ketiga dengan Nominal Kecil

Alasan lainnya mengapa fintech bisa menjadi penyelamat neobank maupun bank digital adalah dana dari pihak ketiga yang dapat dihimpun tergolong kecil. Nasabah yang berencana untuk mengajukan transaksi dengan nominal yang jumbo pun bisa dibilang sangat jarang.

Di sisi lain, saat membutuhkan pinjaman dengan nominal yang besar, sebagai contoh, 5 miliar atau di atasnya, hal tersebut diberikan ke pihak bank konvensional. Jadi, ekosistem tersebut ingin mengincar dua pihak tersebut sekaligus.

Bank maupun fintech perlu lakukan pwnership agar mampu berkembang dan mengakomodasi pasar yang lebih luas. Dengan peran fintech dan paylater yang begitu penting, bukan rahasia lagi jika dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan akan ada banyak bank yang berupaya mengakuisisi start up atau fintech guna memiliki ekosistem yang ada di dalamnya.

Sebaliknya, fintech yang memiliki dana besar juga akan berusaha mendapatkan bank kecil agar bisa mempunyai lisensi perbankan dan sekaligus menawarkan layanan perbankan digital. Tanpa adanya langkah ownership tersebut, pelaku perbankan maupun fintech akan kesulitan menentukan langkah strategis selanjutnya untuk mengembangkan serta mengakomodasi pasar yang lebih luas.


Hide Ads