Aduh! Ada Tren FOMO di Balik Membludaknya Jumlah Investor Kripto di RI

Aduh! Ada Tren FOMO di Balik Membludaknya Jumlah Investor Kripto di RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 17 Nov 2022 11:42 WIB
Ilustrasi Cryptocurrency atau kripto
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/guvendemir
Jakarta -

Membludaknya jumlah investor kripto di Indonesia dinilai cuma menjadi angka statistik belaka. Pasalnya, diduga ada tren FOMO (fear of missing out) alias ikut-ikutan di kalangan investor baru aset kripto di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Analis DCFX Futures Lukman Leong. Bahkan, Lukman berani menyatakan mayoritas investor kripto hanyalah spekulan dan sisanya orang-orang yang cuma ikut-ikutan.

Apalagi saat ini untuk menjadi investor kripto syaratnya sangat mudah dan cenderung tak banyak aturan macam menjadi investor saham di pasar modal. "Saya yakin hampir 100% investor kripto hanyalah spekulator dan FOMO," ujar Lukman ketika dihubungi detikcom, Kamis (17/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lukman juga menyatakan meskipun jumlah investor banyak, namun jumlah dan volume transaksinya lebih kecil daripada transaksi di pasar saham. Hal ini mengindikasikan pasar saham belum ditinggal peminatnya.

"Walau lebih besar jumlah investornya, namun secara nilai transaksi investor di kripto rata-rata lebih kecil daripada investor saham," ungkap Lukman.

ADVERTISEMENT

Menurutnya aset kripto bukanlah instrumen yang aman untuk digunakan sebagai sarana investasi. Menurutnya, nilai aset kripto tidak jelas meskipun bisa memberikan keuntungan.

"Produk kripto dari teknologi blockchain tidaklah memiliki nilai, yang bernilai adalah teknologinya sendiri. Mata uang kripto tidak di-back up oleh aset dan dapat dicetak tanpa batas kecuali Bitcoin yang terbatas jumlahnya," ungkap Lukman.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga membenarkan saat ini banyak sekali investor kripto yang masuk ke jebakan FOMO. Tandanya adalah banyak sekali investor kripto yang sebetulnya tidak sepenuhnya memahami aset yang diinvestasikannya.

Dari hasil penelitian Celios, menunjukkan 75% investor kripto mengaku belum terlalu memahami aset kripto secara detil, lalu 69% investor mengungkapkan aset kripto tingkat risikonya tinggi.

"Meskipun ini banyak investornya tapi masih ada gap soal literasi risiko aset kripto, jadi banyak yang semacam ikut-ikutan. Literasi ini perlu ikut didorong pemerintah, sehingga investor tidak cuma spekulasi jangka pendek dan FOMO. Tapi melihat dan mempelajari secara detil," ujar Bhima.

Seperti diketahui dari data terakhir yang diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di DPR menunjukkan investor kripto jumlahnya sudah lebih besar daripada investor saham di pasar modal.

Dari data yang dia paparkan per Juni 2022 investor kripto jumlahnya sudah mencapai 15,1 juta orang. Sementara investor di pasar modal jumlahnya jauh lebih sedikit hanya 9,1 juta orang.

(hal/ara)

Hide Ads