Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) mewanti-wanti krisis di sektor keuangan dipicu perdagangan kripto. Menurut Gubernur RBI Shaktikanta Das aset kripto dapat menyebabkan krisis keuangan terus tumbuh.
Apalagi baru-baru ini bursa kripto terbesar di dunia FTX mengalami kehancuran yang menimbulkan huru-hara pada perdagangan aset kripto.
"Kripto memilik risiko inheren yang sangat besar untuk stabilitas makroekonomi dan keuangan kita," kata Das dilansir dari CNBC, Rabu (21/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Das mengatakan kekhawatiran utamanya adalah saat ini aset kripto tidak memiliki nilai dasar. Dia menyebut kripto merupakan instrumen yang sangat spekulatif. Bahkan, menurutnya kripto harus dilarang.
"Perdagangan kripto adalah aktivitas spekulatif 100%, dan saya masih berpendapat bahwa itu harusnya dilarang karena jika dibiarkan tumbuh, jika Anda mencoba mengaturnya dan membiarkannya tumbuh, krisis keuangan berikutnya akan datang dari mata uang kripto," kata Das.
Pernyataan Das muncul ketika bank sentral mendorong untuk memperkenalkan versi digitalnya sendiri dari Rupee India. Reserve Bank of India memulai program percontohan untuk Rupee digital pada 1 Desember untuk penggunaan ritel di kota-kota tertentu. Pengguna tertentu dapat bertransaksi menggunakan Rupee digital melalui aplikasi dan dompet seluler.
Rupee digital adalah jenis mata uang digital bank sentral (CBDC). Banyak bank sentral di seluruh dunia sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan versi digital dari mata uang mereka sendiri.
Das mengatakan CBDC dapat mempercepat transfer uang internasional dan mengurangi kebutuhan logistik, seperti mencetak uang kertas.
Bank sentral China berada paling depan secara global dalam pengembangan CBDC. Beijing telah menguji coba penggunaan yuan digitalnya di dunia nyata sejak akhir 2020, memperluas ketersediaannya ke lebih banyak pengguna tahun ini.