Gonjang Ganjing Kripto di RI, Harga Bakalan Makin Anjlok di 2023?

Gonjang Ganjing Kripto di RI, Harga Bakalan Makin Anjlok di 2023?

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 04 Jan 2023 15:31 WIB
Ilustrasi Jual Beli Kripto
Foto: Dok. Shutterstock
Jakarta -

Pasar kripto di dalam negeri dan global saat ini tengah mengalami penurunan pada 2022. Bagaimana ramalan harga kripto di 2023 ini?

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) saat ini harga kripto belum berada di titik paling bawah. Tetapi, Plt Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko, memprediksi harga kripto masih akan mengalami penurunan di 2023 ini.

"Kami menduga di 2023 ini memang aset kripto mengalami masa winter yang luar biasa. Tampaknya winter ini nggak selesai-selesai. Ketika sudah sampai winter, apakah sudah sampai titik paling bawah? Kalau sudah di titik sampai bawah nggak bisa turun lagi. Ini nampaknya masih mendekati titik paling bawah," kata Didid, dalam Outlook Bappebti 2023, di Kantor Bappebti, Rabu (4/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, istilah winter sendiri adalah penurunan drastis pada suatu aset atau nilai. Dalam hal kripto, intinya menurunnya harga kripto di pasar secara drastis dan berkepanjangan.

Didid menjelaskan penurunan harga kripto ke depan kemungkinan tidak akan dalam. Tetapi untuk bangkit lagi atau rebound disebut masih mengalami kesulitan.

ADVERTISEMENT

"Artinya 2023 tampaknya walaupun tidak semakin memburuk, tetapi untuk rebound, ini juga masih belum sepenuhnya. Kalau kita lihat survei-survei ini tadi, kalau tadi Celios kripto adalah 3 besar orang berinvestasi tapi kecenderungan popularitasnya menurun," jelasnya.

Didid menyebut sebetulnya popularitas kripto sendiri secara global mulai menurun. Hal ini diterangkan mendasar dari survei di Amerika Serikat yang mengungkap kesukaan orang pada aset kripto menurun.

"Di 2020 popularitas naik dari 8% yang tadinya sudah memegang, dan menginginkan 11%. Kemudian di 2022 yang sudah pegang bahkan menurun dan nggak ingin lag,jadi popularitasnya menurun," terangnya.

Sementara di Indonesia sendiri, menurut Didid potensi popularitas kripto masih cukup besar. Berdasarkan survei Global Index sebanyak 16,4% pengguna internet di Indonesia memiliki aset kripto. Kemudian menurut We Are Social pengguna internet sebanyak 18,4% memiliki aset kripto.

Penelitian Cellios menyebut ada tiga produk investasi utama menurut penelitian Cellios yang dimiliki oleh mayoritas responden adalah Reksadana (29.8%), Saham (21.7%) dan Aset Kripto (21.1%) dengan rata-rata penempatan dana Rp 500 ribu - 1 juta rupiah.

"Nah ini menjadikan hal ini potensi ke depannya pengelolaan aset kripto yang lebih baik lagi," tutupnya.

(ada/dna)

Hide Ads