Kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menggegerkan publik. Polisi mengungkap, motif pelaku berinisial AAB membunuh adik tingkatnya MNZ karena mengalami kerugian besar investasi kripto hingga akhirnya terlilit pinjaman online.
Dengan kondisi tersebut, AAB terdesak untuk menghabisi barang-barang korban.
Bicara mengenai investasi kripto, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai ada kesalahan dalam bahasa terkait investasi kripto. Menurutnya, yang benar adalah transaksi kripto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, transaksi ini tak ada bedanya dengan transaksi valuta asing di mana ada risikonya.
"Dalam transaksi kripto ini tidak jauh bedanya di valuta asing yaitu adanya namanya manajemen risiko, high risk high return," katanya kepada detikcom, Minggu (6/8/2023).
Oleh karena itu, kata dia, lebih baik dana yang digunakan adalah dana yang menganggur. Menurutnya, orang yang melakukan transaksi kripto harusnya memahami risiko tersebut.
"Dana yang digunakan adalah dana menganggur, dia bukan dana pinjaman orang, atau dana lain-lainnya ini yang kalau ada orang yang melakukan transaksi di kripto berarti si nasabah tersebut sudah tahu risikonya," jelasnya.
Dia menilai, permasalahan dalam kasus tersebut karena ada pihak ketiga yakni pinjaman online. Apalagi, pinjaman online terus berbunga.
"Akhirnya apa, si nasabah dikejar-kejar terus oleh debt collector sehingga merasa ketakutan di sinilah akhirnya bagaimana caranya mengembalikan uang secepat mungkin dengan hal-hal yang negatif," katanya.
Di luar kasus tersebut, Koordinator Bidang Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pelayanan Hukum Bappebti Yovian Andri P juga pernah mengungkapkan memang investasi di kripto memiliki risiko tinggi. Karena itu calon investor perlu memahami jenis sampai risiko yang akan ditemui dalam investasi ini.
"Harus dipahami dan dipelajari produknya, gunanya aset kripto sampai karakteristiknya seperti apa," jelas dia.
(acd/rrd)