ETF Bitcoin Direstui Otoritas AS, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Kripto RI?

ETF Bitcoin Direstui Otoritas AS, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Kripto RI?

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 12 Jan 2024 09:20 WIB
Kripto
Ilustrasi/Foto: Shutterstock

Terkait dengan rencana perubahan tata kelola industri aset kripto di Indonesia, Ryan menyatakan pihaknya mendukung kebijakan pemerintah yang senantiasa ingin memperkuat industri aset kripto di Indonesia.

"Bittime mendukung rencana pemerintah yang ingin terus memperkuat industri aset kripto. Kami berharap dengan nantinya industri aset kripto di Indonesia akan semakin maju dan dinikmati seluruh lapisan masyarakat," imbuhnya.

Bittime, lanjutnya, akan terus aktif berpartisipasi mendukung program-program pemerintah untuk memajukan industri aset kripto Indonesia. Ia menilai Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai pasar kripto utama dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, Bittime telah beroperasi sejak 2022 dan saat ini menyediakan ratusan aset kripto dengan biaya transaksi dan biaya admin murah. Selain itu, Bittime juga memiliki fitur-fitur produk yang menarik demi memenuhi kebutuhan pengguna. Yang terkini, Bittime me-listing beberapa koin yang tengah digandrungi pasar, antara lain ACE, PYTH, TIA, ORDI, dan Bitcoin Cats (1CAT).

Sebagai informasi, Securities Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) memberikan lampu hijau untuk hadirnya ETF bitcoin spot pertama yang diperdagangkan di AS. Persetujuan ETF adalah momen penting bagi industri kripto, yang telah menginisiasinya dari 10 tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

Pengumuman ini membuat harga Bitcoin sempat melemah. Menurut Coin Metrics harga kripto ethereum melonjak setinggi 15,5% menjadi US$ 2,606.00 dari level tertinggi sejak Mei 2022. Terakhir naik 14,5% pada US$ 2,586.54

"Sekarang spekulasi ETF bitcoin telah membuahkan hasil, sepertinya para pedagang beralih ke ether untuk mendahului narasi berikutnya, ETF ETH, sementara ETH terlihat relatif murah dibandingkan dengan kebanyakan token lainnya," kata Conor Ryder, kepala penelitian Ethena Labs, dikutip dari CNBC, Kamis (11/1/2024).


(ada/ara)

Hide Ads