Halmahera Selatan - Fenomena batu mulia pernah hebohkan masyarakat Indonesia. Batu-batu mulia itu ramai dicari masyarakat, tak terkecuali batu bacan. Namun bagaimana kisahnya kini?
Foto Bisnis
Batu Bacan Riwayatmu Kini

Asleh (39) merupakan salah satu pedagang dan perajin batu bacan yang masih bertahan di Labuha, Bacan, Halmahera Selatan.
Beberapa waktu lalu batu bacan menjadi salah satu batu mulia yang paling banyak dicari karena kualitasnya. Asleh bersama kawan-kawan perajin lainnya pun mengaku saat itu bisa mengantongi hingga puluhan juta hanya dalam waktu seminggu sebagai perajin dan pedagang batu bacan.
Aslan pun bercerita kepada tim detikFinance, saat euforia batu mulia ramai terjadi di masyarakat, harga satu mata cincin batu bacan bisa mencapai Rp 100 juta. Sedangkan untuk giwang harga yang dibanderol mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta tergantung kualitas batu bacan.
Namun masa kejayaan batu bacan itu mulai merosot. Batu bacan dengan harga yang cukup fantastis itu kini mulai sepi peminat. Banyaknya batu berkualitas rendah yang dijual, serta sedikitnya penambang ditengarai jadi penyebab.
Meski minat terhadap batu bacan menurun, Asleh beruntung masih mempunyai pelanggan tetap. Bahkan salah satunya merupakan pelanggan asal Taiwan yang tergolong rutin mempercayakan batu yang dia bawa untuk digosok dan dipotong hingga selesai.
Selain orang Taiwan yang rajin memesan, ada pula pejabat dan tamu yang kerap singgah untuk membeli batu bacan sebagai buah tangan khas Pulau Bacan.
Meski tak lagi diburu seperti waktu-waktu silam, Asleh terus mengasah kemampuannya dan rajin mengikuti kontes agar batu bacan produksinya naik. Ia pun rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan.
Untuk terus membuat roda usaha batu bacannya bergerak, Asleh pun mendapat tambahan modal dari BRI dengan mengikuti KUR.
Keberadaan bantuan modal dari BRI melalui KUR itu dirasakan Asleh sangat bermanfaat bagi usaha yang digelutinya. Ia pun berharap BRI bisa terus mendukung UMKM seperti dirinya agar bisa berkembang lebih luas.