Bandung - Kurdi (69), warga Margajaya, Bandung Barat, tetap membuat kompor minyak hingga kini. Dia bertahan sendirian, walau menantang arus zaman yang serba modern.
Foto Bisnis
Perajin Kompor Minyak Tetap Bertahan di Era Modern

Kebijakan pemerintah dalam mengonversi penggunaan minyak tanah ke gas elpiji membuat usaha pembuatan kompor minyak gulung tikar. Kendati begitu, di antara puing-puing bisnis tersebut, masih ada Kurdi (69) yang masih bertahan membuat kompor minyak hingga kini.
Warga RT 01 RW 09 Desa Margajaya, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat itu membuat kompor minyak dengan peralatan yang sederhana.
Peralatan yang digunakan untuk membuat kompor minyak yaitu palu dan empat alat lainnya yang masing-masing memiliki fungsi khusus.
Di gudang rumahnya, Kurdi berjibaku membuat kompor minyak selama kurang lebih 10 tahun.Β Sebelum menjadi perajin, dia sempat bekerja di pabrik kompor di kawasan Curug Muyung. Namun pabrik tersebut bangkrut setelah ada kebijakan mengganti minyak ke elpiji.
Dengan menggunakan peralatan seadanya, Kurdi bisa membuat dua hingga tiga kompor perharinya.
Kurdi membuat kompor menggunakan plat besi rongsokan. Ia biasa mendapatkan barang tersebut dari warga sekitar.Β
Saat awal merintis usaha mandiri, Kurdi masih menerima ratusan pesanan untuk dikirimkan ke Pamanukan, Garut. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai jarang menggunakan kompor minyak.
Kompor-kompor tersebut dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung ukuran dan banyaknya sumbu.