Ciamis - Jelang Idul Adha, permintaan tusuk sate meningkat. Meski dibuat dengan cara tradisional, tusuk sate buatan para pengrajin di Kabupaten Ciamis ini diburu warga.
Foto Bisnis
Laris Manis Penjualan Tusuk Sate Tradisional Jelang Idul Adha
Menjelang Idul Adha, permintaan akan tusuk sate pun meningkat. Hal itu membuat sejumlah pengrajin tusuk sate tradisional di Dusun Desa, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sibuk mengerjakan orderan tusuk sate.

Kampung tersebut sudah dikenal sebagai salah satu sentra tusuk sate di Kabupaten Ciamis sejak dulu. Menjelang Idul Adha atau hari raya kurban banyak berdatangan pengepul dari berbagai daerah untuk membeli tusuk sate. Nantinya akan dijual dan disebar ke daerah lain
Para pengrajin tak perlu repot memasarkannya. Bahkan kali ini tusuk sate produksi para lansia tersebut jadi rebutan para pembeli. Tusuk sate tradisional dari Ciamis ini masih banyak peminatnya, meski harus bersaing dengan tusuk sate produksi mesin.
Keunggulannya, menurut para pengrajin tusuk sate ini, daging yang ditusuk tidak akan merosot dibanding menggunakan tusuk sate mesin yang mengkilap
Di kampung tersebut, tak sedikit pula lansia yang turut memproduksi tusuk sate tradisional tersebut. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan untuk menambah penghasilan.
Salah seorang pengrajin tusuk sate, Odah (55), menjelaskan membuat tusuk sate sebanyak 1 kodi atau 20 ikat berisi 250 tusuk sate biasanya memerlukan waktu 3 sampai 5 hari.
Prosesnya, mulai dari memotong bambu, kemudian meraut kecil-kecil, lalu dijemur selama 2 hari sampai mengering, lalu dibersihkan menggunakan ban dalam bekas, kemudian diikat sesuai hitungan dan siap dijual. Lalu pengepul datang untuk mengambil dan dibayar sebesar Rp 24 ribu. Namun ia juga biasa menjual tusuk sate eceran, harganya 2 ikat Rp 5 ribu.