Peru - Wabah Corona berdampak ke perekonomian dunia. Ketimpangan ekonomi kian terlihat saat warga miskin dihadapkan pilihan bertahan hidup dari Corona atau kelaparan.
Picture Story
Dilema Kaum Papa di Peru Bertahan Hidup dari Corona & Kemiskinan

Cesar Alegre, ditemani sang putri yang berusia 4 tahun, mendorong keranjang berisi berbagai makanan yang tak laku dijual oleh pedagang di salah satu pasar yang berada di kawasan Lima, Peru.
Kemiskinan jadi salah satu permasalahan yang membayangi sejumlah negara di dunia, tak terkecuali Peru. Kondisi tersebut kian sulit saat wabah virus Corona ikut menggoyang perekonomian dunia.
Sejumlah kebijakan seperti pembatasan aktivitas yang diterapkan untuk memutus rantai penyebaran virus Corona di Peru turut berdampak pada kehidupan masyarakat miskin di sana.
Dilansir dari AP News, wabah Corona yang melanda Peru membuat setidaknya 32 juta warga dirumahkan dan sejumlah restoran maupun toko pun tutup guna mencegah penyebaran virus Corona.
Hantaman Corona pada sektor perekonomian di Peru kian sulit bagi warga kelas menengah ke bawah, seperti Cesar. Selain mengumpulkan makanan sisa dari pasar, ia pun bekerja menjual permen di bus. Namun, penghasilan dari penjualan permen tersebut tak dapat sepenuhnya menopang kebutuhan hidup Cesar dan keluarganya.
Di kondisi seperti ini, saat sejumlah kebijakan diberlakukan guna memutus rantai penyebaran Corona, Cesar pun mengalami kesulitan saat menjual permennya kepada pelanggan di sejumlah bus, karena tak sedikit warga khawatir dapat terinfeksi virus Corona bila berdekatan dengan orang lain. Mengutip dari AP, Cesar pun mengungkapkan perasaannya terkait kondisi ekonomi yang kian sulit di masa wabah ini, ia mengatakan bahwa 'virus ini menyoroti keegoisan yang dibawa oleh seseorang di dalamnya.'
Ketimpangan ekonomi dan sosial pun kian tampak di sejumlah negara yang tak hanya berjuang melawan Corona tetapi juga berjuang mengentaskan kemiskinan di negaranya seperti Peru. Cesar, dan sejumlah warga miskin di negara itu kini harus berhadapan dengan pilihan bertahan hidup dari Corona atau kelaparan. Meski otoritas setempat telah mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, Cesar masih kerap mengunjungi pasar untuk mengumpulkan makanan-makanan sisa dari para pedagang di pasar tersebut.
Bila biasanya Cesar dapat mengumpulkan kentang, tulang daging, dan buah-buahan, dari para pedagang di pasar, kini tak sedikit pedagang yang menolak untuk memberikan sisa bahan makanan yang dijualnya kepada Cesar karena kondisi saat ini juga membuat aktivitas perdagangan di pasar itu menurun sehingga berdampak pada para pedagang tersebut.
Ketimpangan ekonomi imbas wabah Corona yang melanda Peru iyu pun mendapat sorotan dari sejumlah ekonom dunia. Dilansir dari AP News, para ekonom mengatakan resesi ekonomi yang semakin parah sejak Perang Dunia II berpotensi membuat warga kelas menengah ke bawah kian sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menteri Ekonomi Peru, MarΓa Alva, pun mengatakan dampak ekonomi dari wabah Corona ini belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Dilansir dari AP News, hingga Senin (6/4) lalu Peru memiliki kasus virus Corona sebanyak 2.561 kasus, dimana 92 orang dilaporkan tewas. HalΒ tersebut membuat pemerintah Peru menerapkan lockdown dan memperketat sejumlah kebijakan terkait pembatasan aktivitas guna memutus penyebaran virus Corona di negaraΒ tersebut.
Pemerintah Peru bahkan menerapkan sistem pembatasan aktivitas di luar ruangan, dimana hanya para pria yang diizinkan untuk meninggalkan rumah pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, sementara wanita hanya diizinkan keluar ruamh pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Warga pun hanya diizinkan untuk ke pasar, apotek, maupun bank.
Mengutip dari AP News, PeruΒ diketahui menganggarkan dana sebesar 400 juta dollar untuk memberi makan 12 juta warga miskin selama satu bulan.
Tetapi uang itu tampaknya belum menjangkau sejumlah keluarga miskin yang tinggal di area tempat tinggal Cesar Alegre. Bangunan tiga lantai yang dihuni oleh sejumlah keluarga itu pun tampak memprihatinkan. Sejumlah warga yang tinggal di sana pun berjuang di medan pertempuran masing-masing untuk dapat bertahan hidup di tengah kondisi yang serba terbatas.
Sejumlah anak-anak bermain di lorong-lorong bangunan tempat tinggal Cesar Alegre bersama sejumlah keluarga miskin lainnya di kawasan Lima, Peru.