Jakarta - Ditutupnya sejumlah gerai yang ada di pusat perbelanjaan imbas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Ini siasat industri makanan bertahan di tengah pandemi.
Foto Bisnis
Cara Industri Makanan Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Karyawan salah satu gerai makanan pizza menawarkan produk kepada warga yang melintas di Pondok Betung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (13/5/2020). ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Roda bisnis berubah drastis akibat pandemi COVID-19 (Corona) yang terjadi di Indonesia. ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Perubahan ini juga terasa pada bisnis gerai dan industri makanan yang ada di Indonesia. ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Β Bisnis restoran mengalami kerugian besar dalam masa sulit pandemi COVID-19 (Corona). ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Ketiadaan pengunjung membuat restoran kehilangan pemasukan hingga berdampak pada pemberhentian banyak pegawai sampai penutupan gerai. ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Disaat pemberlakuan PSBB, gerai makanan banyak memberikan banyak potongan harga dan jemput bola agar tetap bisa dibeli dan bertahan roda bisnisnya.Β ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari
Menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19 ikut berdampak menurunnya permintaan jajan tradisional walangan menjelang Lebaran tahun ini hingga kisaran 40-50 persen dibanding periode yang sama Lebaran tahun lalu, dengan harga tetap Rp16 ribu per pak. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Pekerja memproduksi jajanan tradisional "walangan" di sebuah industri rumahan di Tapan, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (13/5/2020). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Industri makanan rumahan seperti jajanan jalangkote juga terimbas akibat Corona. Jalangkote yang terbuat dari terigu berisi mie, wortel dan kentang serta telur tersebut merupakan salah satu menu buka puasa yang banyak diminati masyarakat saat Ramadhan dengan harga Rp2 ribu per buah. ANTARA FOTO/Arnas Padda