Jakarta - Suasana bongkar muat Sapi impor Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/3). Impor sapi ini untuk menjaga pasokan kebutuhan daging dalam negeri.
Picture Story
Impor Sapi Australia untuk Jaga Pasokan Kebutuhan Daging Dalam Negeri
Rabu, 31 Mar 2021 10:00 WIB

Berdasarkan data kementrian Pertanian, untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri hingga kini Indonesia masih impor 112.503 ton atau 502.000 ribu per tahun.
Β
Kendati demikian, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjennak) Kementan Syamsul Maarif mengatakan, stok daging sapi dan kerbau masih aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.Β
Β
Mengutip dari laman situs Ditjennak Kementan, di tahun 2021 kebutuhan daging sapi dan kerbau diperkirakan meningkat menjadi 696.956 ton. Sementara produksi dalam negeri di tahun 2021 juga diperkirakan meningkat dari tahun 2020 yaitu sebesar 425.978 ton.
Β
Selain produksi dalam negeri, masih terdapat carry over daging sapi/kerbau impor dan sapi bakalan setara daging dari tahun 2020 sebesar 47.836 ton, sehingga total produksi/stok dalam negeri tahun 2021 sebesar 473.814 ton. Artinya, masih ada defisit daging sapi sebesar 223.142 ton.
Β
Perlu diketahui salah satu negara yang rajin menjual daging sapi ke Indonesia adalah Australia. Bahkan porsi daging impornya paling banyak ketimbang negara-negara pengimpor lainnya.
Β
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 2015, Australia semakin rajin mengimpor daging ke Indonesia
Β
Pada 2015, Australia mengimpor sebanyak 39,5 ribu ton daging ke Indonesia. Memasuki 2016, jumlahnya berlipat ganda menjadi 79,6 ribu ton. Lalu meningkat lagi menjadi 85,1 ribu ton pada 2017. Naik lagi di 2018 menjadi 100,6 ribu ton dan menjadi 122,6 ribu ton di 2019.
Β
Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Sabtu (23/1/2021), Indonesia mulai mengimpor sapi hidup dari Australia sejak tahun 1990.Β
Β
Saat itu, sapi impor dari Australia yang masuk RI baru mencapai 8.061 ekor namun pada tahun-tahun berikutnya tumbuh dan berkembang pesat dan pada 1997 mencapai 428.077 ekor atau naik 3 kali lipat.Β
Β
Puncaknya pada 2009 impor sapi hidup dari Australia mencapai 772.868 ekor yang merupakan rekor tertinggi dalam 20 tahun sejak 1990-an.
Β
Bukan berarti kegiatan ekspor impor sapi kedua negara mulus-mulus saja sepanjang tahun. Australia beberapa kali sempat membatasi bahkan memberhentikan ekspor sapi hidupnya ke Indonesia.
Β
Pada Mei 2011, media rilis Australia yang dikeluarkan oleh National Farmers Federation, Shipment Council Australia, Cattle Council Australia, Northern Territory Cattlemen's Association, Australian Livestock Exporters' Council, Live Corp and Meat and Livestock Australia (MLA) meminta kepada industri terkait di Indonesia untuk menghentikan pasokan sapi kepada tiga rumah potong hewan di Lampung, Tangerang, dan Medan karena cara pemotongan sapi di sana dianggap kejam.
Β
Lalu, selanjutnya pada 8 Juni 2011 Pemerintah Australia melalui Menteri Pertanian, Perikanan dan Kehutanan secara resmi memberhentikan ekspor sapi hidup ke Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia sempat puasa dari sapi impor Australia selama 6 bulan hingga tahun 2012. Namun, impor daging beku tetap berjalan demi menjaga pasokan dalam negeri tetap aman.
Β
Pada 2012, impor daging sapi Australia ke Indonesia mencapai 75% dari total daging impor yang masuk RI. Disusul Selandia Baru sebanyak 21,9% dan Amerika serikat sebanyak 3,1%. Di 2019, ekspor sapi hidup Australia ke Indonesia tahun 2019 mencapai angka 675.874 ekor. Menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan ekspor daging sapi terbesar bagi Australia.
Β
Ketergantungan Indonesia terhadap daging sapi Australia tentu pada akhirnya akan menimbulkan masalah. Terbukti, baru-baru ini, Indonesia terancam kelangkaan daging sapi. Sedangkan, pedagang tak berani menaikkan harga mengingat lesunya daya beli masyarakat belakangan ini terimbas pandemi COVID-19.
Β
Sedangkan saat ini pemerintah tengah bersiap diri untuk mempersiapkan pasokan daging sapi jelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Β