Jakarta - Nilai proyek kereta cepat JKT-BDG kembali membengkak. Bahkan pembengkakan kali ini membuat nilai proyek sudah tembus US$ 8 miliar atau sekitar Rp 113 triliun.
Foto Bisnis
Biayanya Tembus Rp 113 T, Gimana Sih Bentuk Kereta Cepat JKT-BDG?

Ini adalah penampakan render desain dari peron stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung. Foto: Dok. KCIC
Dengan konsep TOD, stasiun ini nantinya juga akan terkoneksi dengan berbagai area komersil seperti mal, perkantoran, hotel, hingga convention centre. Foto: Dok. KCIC
Ini adalah penampakan interior ruang tunggu stasiun. Foto: Dok. KCIC
Untuk kasus teranyar, indikasi membengkaknya biaya proyek sendiri diketahui pada September 2020. Saat itu perkembangan proyek mengalami keterlambatan dan juga kendala pembebasan lahan. Maka dari itu pemerintah meminta KCIC untuk melakukan peninjauan ulang. Foto: Dok. KCIC
Setelah dilakukan berbagai peninjauan ulang, ditemukan angka pembengkakan proyek sementara ini mencapai US$ 1,9 miliar atau mencapai Rp 26,9 triliun. Foto: Dok. KCIC
Pembengkakan biaya proyek paling banyak terjadi pada pembiayaan pembebasan lahan dan biaya konstruksi. Kenaikan biaya konstruksi terjadi dengan perkiraan sebesar US$ 600 juta-1,25 miliar, dan kenaikan pembebasan lahan mencapai US$ 300 juta. Foto: Dok. KCIC
Kemudian ada kenaikan biaya keuangan mencapai US$ 200 juta. Kenaikan ini terjadi karena beban interest during construction yang besar karena keterlambatan proyek. Foto: Dok. KCIC
Ini adalah render dari desain ruang tunggu stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung terbaru. Foto: Dok. KCIC
Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menerapkan prinsip inklusifitas alias bisa diakses oleh semua kalangan. Foto: Dok. KCIC
Adapun jenis kereta yang digunakan untuk operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG) pada 2021 mendatang adalah CR400AF. Foto: Dok. KCIC
CR400AF ini merupakan kereta cepat generasi terbaru hasil pengembangan CRRC Qingdao Sifang. Foto: Dok. KCIC