Sumatera Selatan - Windri Wijaya prihatin dengan sistem rentenir yang menimpa petani di Desa Pagar Dewa. Ia pun mendirikan perusahaan untuk memutus mata rantai sistem rentenir.
Foto Bisnis
Nih Gudang Beras Bebas Rentenir, Petani Merapat!

Windri Wijaya (35) mengaku prihatin dengan sistem tengkulak atau rentenir yang menimpa masyarakat dan petani di desanya, tepatnya di Desa Pagar Dewa, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Pasalnya sistem yang biasanya melibatkan gadai sawah itu memiliki bunga hingga 40%.
Tak jarang petani yang tak mampu membayar akhirnya kehilangan sawahnya. Lebih buruknya, petani tersebut menjadi buruh tani di lahannya sendiri. Windri pun mengakui orang tuanya juga pernah menggadaikan sawah untuk biaya kuliah dirinya belum lama ini. Ia baru mengetahui usai lulus kuliah pada tahun 2017.Β
Barulah pada tahun yang sama dengan berbekal pengalaman aktivitas pemberdayaan masyarakat yang telah dilakoninya, ia mengajukan proposal pendirian sebuah perusahaan di desanya dalam program CSR PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA). Windri mengungkapkan perusahaan yang awalnya bergerak di bidang hilirisasi beras ini salah satunya untuk memutus mata rantai sistem rentenir di desanya.
Tak sendiri, ia mengumpulkan beberapa pemuda di desanya, termasuk warga asli Pagar Dewa yang sedang merantau untuk pulang dan ikut membantunya mengatasi hal tersebut. Saat ini PT Bump Pagar Bukit Asam memiliki 7 orang pengurus dan membawahi sekitar 95 petani.
Windri mengungkapkan perusahaan yang kini memiliki 2 gudang beras berkapasitas 190 ton ini siap menampung penjualan hasil panen padi milik petani Pagar Dewa. Hasilnya, omzet pertama di tahun pertama berdiri perusahaan ini mencapai Rp 250 juta. Untung tersebut kemudian digunakan untuk membantu 2 petani menyelesaikan utangnya dan sebagian lagi digunakan untuk modal dalam diversifikasi bisnis.
Maksud dari sistem bayar panen ialah petani dapat mencicil bayar utangnya dengan gabah kering atau beras saat sedang panen. Menurut Windri, para petani bebas mencicil dengan jumlah berapa pun karena tidak ingin membebani petani dengan utangnya.
Sampai tahun 2021 ini, Windri mengungkapkan baru bisa menolong 5 petani menyelesaikan utangnya kepada rentenir. Ia juga mengungkapkan alasan belum bisa menolong semuanya karena masih paralel membutuhkan modal untuk cash flow perusahaan dalam diversifikasi bisnis.
"Di sini menjalankan kegiatan di pemberdayaan masyarakat yang membidani masalah pertanian padi, yang kini menuju padi organik. Tahun 2017 kita mapping bersama PT Bukit Asam. 2018 kita mulai adanya kegiatan seperti survei," ujarnya kepada detikcom belum lama ini.
Sebagai informasi, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Windry masuk dalam tindak lanjut atau pengembangan dari program Circular Economy Pertanian Terpadu di wilayah sekitar operasional PTBA. Ini sejalan dengan noble purpose MIND ID, yaitu We explore natural resources for civilization, prosperity and a brighter future.
detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang