Guatemala - Pembuat kue tortila beraktifitas setiap hari di Guatemala. Sayang, makanan lezat itu tidak senikmat upah yang diperoleh si pembuat, di bawah Rp 1 juta per bulan
Foto Bisnis
Di Guatemala, Upah Pembuat Tortilla yang Lezat Tak Sampai Rp 1 Juta Perbulan
Florinda (20) membuat tortilla jagung buatan tangan di dekat pasar La Palmita di Guatemala City, (16/10/2021). Sejumlah buruh pembuat tortilla ini mengaku mendapat upah $ 65 setiap bulan atau sekitar Rp 910 ribu pada kurs Rp 14.000. Kebanyakan bekerja hingga 7 hari dalam sepekan.

Felipa de Jesus Otzoy (55), membalik tortilla jagung yang dimasak di atas wajan atau comal panas di kios pasarnya di Guatemala City. Otzoy telah membuat tortilla buatan tangan di tempat yang sama selama 35 tahun. Hanya sedikit yang dibayar dengan upah minimum resmi dan ada juga yang tidak dibayar sama sekali. Mereka biasanya tidak punya waktu untuk belajar dan sudah menghadapi diskriminasi sebagai perempuan pribumi dari pedesaan. Bekerja di toko tortilla menjadi pilihan terakhir.
Otzoy menghitung tortilla jagung buatan tangannya di kios pasarnya di Guatemala City. Bagi jutaan keluarga Guatemala, tortilla jagung buatan tangan sangat diperlukan setiap kali makan. Versi Guatemala lebih tebal daripada kebanyakan tortilla di Meksiko, dan keduanya biasanya lebih enak daripada varietas industri kemasan yang dijual di supermarket AS. Tortilla jagung lokal buatan tangan dijual dengan harga premium di pasar jalanan Meksiko. Upah rendah sangat penting untuk mempertahankan harga tortilla yang terjangkau.
Dominasi perempuan di toko merupakan bagian dari pembagian gender yang dimulai sejak dini dan perempuan masih sering kekurangan dukungan yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Beberapa mengatakan bahwa mereka berpenghasilan hanya $ 65 per bulan.
Menurut studi, hari kerja yang panjang, upah rendah dan kondisi buruk di toko-toko tortilla merenggut masa muda para pekerja. Sekitar 60% dilaporkan bekerja tujuh hari seminggu. Persentase yang sama mengatakan mereka bekerja lebih dari 11 jam sehari. Kebanyakan dari mereka berusia 20 tahun bahkan lebih muda.