Jakarta - Sri Lanka menjadi sorotan dunia karena krisis ekonomi. Rupanya, ada sejumlah negara lain yang saat ini juga terancam bangkrut. Ini daftarnya.
Foto Bisnis
9 Negara yang Krisis dan Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka

Sri Lanka menjadi sorotan dunia karena krisis ekonomi yang tengah dihadapinya saat ini. Namun Sri Lanka ternyata bukan satu-satunya, ada sejumlah negara lain yang saat ini juga terancam bangkrut. Melansir dari laporan AP, penyebab pasti krisis ekonomi yang dihadapi setiap negara ini mungkin berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Tetapi risiko dari melonjaknya biaya untuk makanan dan bahan bakar dirasakan oleh semua negara. (AP Photo/Eranga Jayawardena)
Negara pertama, Afghanistan, telah tertatih dari krisis ekonomi yang mengerikan sejak Taliban mengambil alih kendali negara setelah AS dan sekutu NATO-nya menarik pasukan mereka tahun lalu. Bantuan asing terhenti dan Afghanistan juga disanksi yang melumpuhkan sektor perdagangan. Selain itu pemerintahan Biden juga membekukan US$ 7 miliar cadangan mata uang asing Afghanistan yang disimpan di Amerika Serikat. (AP Photo)
Kedua, Argentina, sekitar empat dari setiap 10 orang Argentina terpaksa harus hidup miskin dikarenakan bank sentralnya kehabisan cadangan devisa karena mata uangnya melemah. Bahkan negara tersebut sudah diprediksi akan mengalami inflasi melebihi 70% tahun ini. Saat ini jutaan orang Argentina bertahan hidup sebagian besar berkat dapur umum dan program kesejahteraan negara. (AP/Rodrigo Abd)
Ketiga, Mesir. Inflasi Mesir melonjak hampir 15 persen pada April 2022 yang mengakibatkan sepertiga dari 103 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan. Masyarakat Mesir sudah menderita karena program reformasi ambisius pemerintahnya membuat mata uang mereka mengambang dan memangkas subsidi bahan bakar, air, hingga listrik. (AP/Amr Nabil)
Keempat, Laos, negara kecil yang terkurung daratan di Asia Tenggara ini sebetulnya mencatat pertumbuhan ekonomi tercepat sebelum pandemi Covid-19 melanda. Tetapi, sejak pandemi, utangnya melompat persis seperti yang dialami Sri Lanka. Setali tiga uang, Laos juga terpaksa mengemis restrukturisasi utang bernilai miliaran dolar AS. (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Kelima, Lebanon, juga menderita karena mata uangnya jatuh hingga 90 persen. Belum lagi, lonjakan inflasi, yang berakibat pada krisis pangan dan krisis energi. Lebih parahnya, Lebanon gagal membayar utang mereka senilai US$90 miliar. Rasio utangnya pun meningkat hingga mencapai 170 persen terhadap PDB. (AP/Hussein Malla)
Keenam, Myanmar. Pandemi covid-19 dan ketidakstabilan politik menghantam ekonomi Myanmar, terutama setelah aksi kudeta militer pada Februari 2021 terhadap pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi. Kini kondisi ekonomi Myanmar diperkirakan telah terkontraksi minus 18 persen pada tahun lalu dan diperkirakan tidak tumbuh pada tahun ini. (Reuters)
Ketujuh, Pakistan. Seperti Sri Lanka, Pakistan telah melakukan pembicaraan mendesak dengan IMF, berharap untuk menghidupkan kembali paket bailout senilai US$ 6 miliar. Melonjaknya harga minyak mentah mendorong naiknya harga bahan bakar yang pada gilirannya menaikkan biaya lainnya, mendorong inflasi hingga lebih dari 21%. Selain itu nilai mata uang Pakistan telah jatuh sekitar 30% terhadap dolar AS pada tahun lalu. (Getty Images)
Kedelapan, Turki, terjebak dalam krisis setelah inflasi mencapai lebih dari 60 persen. Mata uang lira Turki jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS sejak tahun lalu. Sementara, utang luar negeri Turki sudah menembus 54 persen dari PDB negaranya, tingkat yang cukup mengkhawatirkan mengingat utang pemerintahnya mendominasi. (BBC World)
Kesembilan, Zimbabwe. Inflasi di negara itu melonjak hingga lebih dari 130%, meningkatkan resiko terjadinya hiperinflasi di negara tersebut, seperti yang pernah terjadi pada 2008 lalu. warganya tidak lagi mempercayai mata uang tersebut. Selain itu banyak warganya yang terpaksa melewatkan makan karena kemiskinan. Saat ini Zimbabwe sendiri tengah berjuang untuk menghasilkan arus masuk yang memadai dari greenback yang dibutuhkan untuk ekonomi lokalnya. (Getty Images/Tafadzwa Ufumeli)