Jakarta - Berjualan dengan cara berkeliling masih banyak dijumpai di Ibu Kota. Dari pedagang donat, kerak telor hingga kasur dan es cendol. Berikut potret singkat mereka.
Foto Bisnis
Potret Para Pedagang Keliling yang Masih Bertahan di Ibu Kota

Rama (8) yang masih duduk di bangku kelas 3 SD berjualan donat keliling. Donat itu dia jual sehargaΒ Rp 2.000 per buah.
Yanto, pengumpul barang bekas. Dia bukan pedagang namun hasil pekerjaannya ia setorkan ke pedagang atau pengumpul barang bekas. Yanto memikul satu karung barang rongsokan saban hari. Bagi Yanto, memiliki pekerjaan ini tidak membuat malu. Ia menyatakan bersyukur masih diberikan kesehatan untuk menjemput rezeki.
Kardiman (60) asal Subang berjualan kasur kapuk sejak 1990 di Jakarta.Β Ia mengaku kasurnya terjual satu buah per bulan.Β Kardiman mengakui bahwa kasur kapuk ini tidak lagi diminati oleh masyarakat. Di sisi lain, dia harus membayar kontrakan, membeli makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Β
Para penjual kerak telor asal Subang berpose saat beristirahat sambil menunggu pembeli. Pedagang ini mulai ramai lagi terutama saat momen ulang tahun Jakarta. Pada masa pandemi COvid-19, penjual kerak telor tidak berjualanΒ selama 2 tahun. Para pedagang ini sewa tempat di trotoar dengan biaya Rp 15.000 per hari.
Sri Warsiah seorang pedagang kopi keliling yang dulunya bekerja sebagai penjahit konveksi. Warsiah bekerja dengan berjualan kopi keliling setiap harinya.
Bapak Dadang, seorang penjual Uli Bakar asal Bekasi ini telah berjualan ini selama 10 tahun. Bagi dia, berjualan di Jakarta lebih banyak yang membeli dibandingkan di kampung. Dalam sehari dia bisa menjual 70 potong Uli Bakar yang dijual Rp10.000 per 3 potong.
Nurhadis pria asal Jepara ini berjualan es cendol di Jakarta sejak enam tahun yang lalu. Nurhadis berjalan selama 2 jam dari Cempaka Baru menuju Jiexpo Kemayoran setiap hari.