Jagoi Babang - Kerajinan bidai atau anyaman rotan banyak digeluti warga Jagoi Babang, Kalimantan Barat. Kerajinan ini bisa menghasilkan cuan puluhan juta rupiah.
Foto Bisnis
Mengenal Bidai Tikar Rotan Penghasil Cuan Warga Jagoi Babang

Industri kerajinan tangan masih bergeliat bagi masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat. Salah satunya kerajinan bidai atau anyaman rotan yang digunakan untuk alas yang bisa menghasilkan cuan puluhan juta rupiah.
Sentra Industri Kecil Bidai Hasta Karya di Jagoi Babang, Bengkayang misalnya merupakan satu dari sekian banyaknya warga perseorangan maupun komunitas yang bergerak di usaha tersebut. Pemiliknya, Roslinda mengaku sering 'kewalahan' menerima pesanan bidai.
Roslinda menjelaskan dalam sebulan, Sentra Industri Kecil Bidai Hasta Karya yang memiliki 6 pegawai bisa menghasilkan 24 bidai. Adapun setiap bidai dihargai Rp 950 ribu hingga Rp 1 juta lebih. Harga tersebut tergantung dari motif yang dibuat hingga ukuran alas.
Bidai, kata Roslinda, lebih banyak digunakan sebagai alas tikar masyarakat, tapi bisa juga digunakan sebagai plafon. Bidai disebutnya bisa tahan dan awet hingga 5-10 tahun dibanding tikar biasa karena terbuat dari rotan khas Kalimantan.
Ia juga menjelaskan bahwa kerajinan bidai ini, bersama anyaman rotan lainnya, merupakan sudah turun temurun dilakukan masyarakat Jagoi Babang. Bahkan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi para pengrajinnya, baik menjual perseorangan maupun dalam bentuk koperasi.
Sebelumnya, bidai dari Sentra Industri Kecil Bidai Hasta Karya lebih banyak dikirim dan dijual ke Pasar Serikin, Serawak, Malaysia. Hal itu karena jarak yang lebih dekat kurang lebih 1 jam dibanding dengan pusat kabupaten maupun pusat provinsi yang ada di Pontianak.
Namun sejak pos lintas batas (PLB) ditutup akibat kebijakan pembatasan karena COVID-19 sekaligus sedang pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang, Sentra Industri Kecil Bidai Hasta Karya lebih memilih untuk memenuhi pasar domestik.
Lebih lanjut Roslinda menjelaskan dalam mengembangkan usaha yang didirikannya sejak 2001 itu, ia memanfaatkan pinjaman dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI. Ia pernah dua kali memanfaatkan KUR Bank BRI sebagai modal dalam mengembangkan usahanya.
Roslinda pun bersyukur karena dengan KUR Bank BRI mendapatkan modal untuk dapat terus mengembangkan usahanya. Ia berharap kedepannya dapat dipermudah lagi saat hendak mengajukan KUR kembali.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!