Argentina - Mata uang peso Argentina anjlok terhadap dolar AS membuat harga-harga relatif rendah di Argentina. Warga Uruguay pun menyerbu Argentina untuk belanja murah.
Foto Bisnis
Nilai Peso Merosot, Warga Uruguay Serbu Barang Murah ke Argentina

Mobil antre untuk memasuki Argentina dari perbatasan dekat Fray Bentos, Uruguay. Warga Uruguay berbondong-bondong melintasi perbatasan ke Argentina untuk belanja murah karena nilai tukar peso yang anjlok terhadap dolar AS.
Dilansir Associated Press, Sabtu (15/7/2023), dengan goyahnya ekonomi, peso Argentina anjlok terhadap dolar AS dan inflasi tahunannya mencapai 115,6%, salah satu tingkat tertinggi di dunia. Sebaliknya, ekonomi Uruguay lebih stabil, dengan inflasi rendah dan mata uang yang lebih kuat.
Hasilnya adalah aliran besar pembeli dari Uruguay yang memberikan bantuan ekonomi ke toko dan restoran Argentina yang sedang berjuang di kota-kota seperti Gualeguaychú, Concordia, dan Colón. Pemburu barang murah lintas batas juga berasal dari negara tetangga Chili, Paraguay, dan Brasil. Di Uruguay, perwakilan industri menyebut fenomena tersebut sebagai "pandemi perbatasan" dan bahkan presiden negara tersebut telah mengakui masalahnya.
Tapi ada kerugian bagi bisnis Uruguay di sepanjang perbatasan: Di provinsi Salto, Paysandú, Río Negro dan Soriano, otoritas kota mengatakan 170 toko tutup dalam lima bulan pertama tahun ini. Bisnis yang masih buka mengeluh bahwa mereka hampir tidak memiliki pelanggan. Bisnis Uruguay tepat di seberang perbatasan merasa sulit bersaing dengan tawar-menawar semacam itu.
Perbedaan harga antara kedua negara bisa sangat mengejutkan. Satu liter minyak bunga matahari seharga $5 (Rp 75 ribu) di Uruguay sama dengan 50 sen di Argentina. Sebotol krim perawatan kulit seharga $10 di Uruguay dapat diperoleh dengan harga satu dolar di seberang perbatasan. Dan satu liter bensin di Uruguay mendekati $2. Di provinsi Argentina Entre Rios harganya 52 sen.
Argentina telah berjuang dengan inflasi beberapa kali selama abad terakhir. Krisisnya saat ini dimulai pada 2018 tetapi memburuk dalam satu setengah tahun terakhir. Pengamat ekonomi mengatakan masalah ini muncul dari beberapa faktor, antara lain overspending pemerintah dan masalah kebijakan moneter. Negara tersebut tidak memiliki dana untuk mengatasi pengeluarannya yang berlebihan karena telah kehilangan akses ke pasar utang internasional setelah beberapa kali gagal bayar atas pinjamannya. Hilangnya akses berarti negara lain tidak merasa percaya diri meminjamkan uang ke Argentina.
Ketika krisis utang ini muncul, pemerintah beralih ke bank sentral negara untuk meminta bantuan. Dalam upaya mempertahankan perekonomian, bank sentral tidak berhenti mencetak peso — yang menyebabkan devaluasi peso. Kenaikan aliran peso juga menyebabkan inflasi menggelembung yang dialami warga Argentina setiap hari.