Jakarta - Salah satu kesenian yang jarang diketahui orang adalah seni melipat kertas untuk menjadi barang 3 dimensi-cuan yang bisa jadi merchandise atau pajangan semata.
Picture Story
Cuan dari Seni Melipat Kertas 3 Dimensi yang Lampaui Imajinasi

Rizky Ferriansyah membuat papercraft di studio rumahnya, di Jl Surilang, Jakarta Timur. Ia memulai hobi tersebut sesak 14 tahun lalu dan membangun komunitas papercraft ‘perikertas’ di platform media sosial.
Dikenal sebagai Teknoz menunjukkan cara menggunting pola yang sudah dicetak dari software komputer. Ia masih menggunakan teknik manual meski dalam desain yang lebih detail dan rumit tetap menggunakan alat pemotong khusus.
Setelah itu ia mengecat ulang papercraft yang telah selesai dibangun menggunakan cat khusus untuk memperoleh kesan realistik. Selain builder, Teknoz sering menjadi rujukan untuk mendesain papercraft. Ia membuat berbagai model dari genre army.
Hobi yang telah menemani Ricky selama 14 tahun itu dijual dalam bentuk pdf mulai dari $3 tergantung tingkat kesulitan dan kerumitan. Selain itu, ia melayani permintaan khusus mulai dari Rp 1 juta. Kesenian ini bisa menjadi bahan edukasi, mengasah saraf motorik, memperkuat fokus dan daya ingat hingga penyaluran stres akibat beban kerja.
Berbagai karakter papercraft yang dibuat Rizky Ferriansyah. Butuh ketelatenan dan fokus tinggi untuk menyelesaikan satu karakter. Karyanya ini disukai oleh anak-anak sampai usia mapan bahkan lansia sekalipun. Dari yang mudah sampai yang menembus batas-batas imajinasi.
Inilah Builder pada rumah produksi papercraft ‘Ichinogami’ yang berada di Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap desain akan dites menjadi lipatan utuh papercraft sebelum diproduksi massal.
Suasana studio kerja Ichinogami. Founder Ichinogami, Rauf Raphaus mendirikan Ichinogami pada 2010 untuk membawa papercraft dari sekedar iseng dan hobi menjadi industri kreatif yang lebih mapan. Ia pun yang mengenalkan dan mempopulerkan papercraft 14 tahun lalu di Indonesia.
Karyawan menyortir tumpukan papercraft yang siap didistribusikan. Untuk produk ritel, papercraft dijual mulai dari Rp 50.000. Beginilah potret tumpukan karakter papercraft produksi Ichinogami.
Beginilah salah satu cara mendesain bentuk papercraft yang diimajinasikan sebelum di produksi massal. Semua harus di desain dan diukur dengan presisi agar hasilnya memuaskan.
Studio mini di lantai dua untuk merilis dan mengenalkan produk baru melalui jejaring media sosial. Ichinogami memproduksi massal dalam bentuk ritel maupun untuk mensuplai kebutuhan perusahaan/brand.
Cukup gunting, lem dan alat tekuk untuk membuat papercraft menjadi hasil yang maskimal. Untuk produksi terkini, bahkan gunting dan lem sudah tak dibutuhkan karena semua sudah tersaji lengkap dan mudah.
Di studio ini juga papercraft yang sudah jadi dan siap di foto agar terdistribusi dengan baik lewat platform yang mereka punya. Tumpukan papercraft yang siap didistribusikan.
Tak hanya berkesenian, papercraft ini juga menjadi bahan edukasi untuk mengasah saraf motorik, memperkuat fokus dan daya ingat hingga penyaluran stres akibat beban kerja. Tak hanya disukai anak-anak, orang dewasa hingga lansia pun doyan. Dan yang terpenting adalah bisa jadi cuan untuk orang-orang kreatif seperti Rizky dan kawan yang berkutat di bidang seni melipat kertas ini.