Bekasi - Inilah potret kampung tukang bubur bermotor yang menjelajah Jabodetabek. Berada di kampung Buwek-kampung Pulo, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Picture Story
Menakar Cuan dari Kampung Tukang Bubur di Tambun

Matahari pagi belum tampak, kumandang azan subuh pun belum terdengar, Tapi motor-motor dengan perlengkapan bubur di jok belakang sudah melintas di Kawasan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Mereka para penjual bubur yang berasal dari kampung Buwek dan Kampung Pulo dan dikenal dengan sebutan Kampung Bubur Tambun. Ada puluhan hingga ratusan pedagang bubur di sini setiap harinya yang berangkat pagi untuk menuju wilayah tempat dagangnya masing-masing.
Ada salah satu penjual bubur yang bernama Edi (66) dan telah berjualan sejak tahun 1981. Meski berusia lanjut, semangat untuk berjualannya masih sangat kuat. Dalam sehari Edi mampu menjual hingga 100 porsi bubur ayam yang ia jajakan hanya dalam waktu 4 jam.
Lokasi tepatnya berada di dekat tugu monas mini yang terletak dipersimpangan kawasan Desa Sumberjaya, Tambun Selatan. Ya, bubur Tambun memang memiliki ciri khas yaitu rasanya yang gurih meski tidak menggunakan bumbu atau kuah kuning pada umumnya. Bubur ini justru menggunakan cakwe, tomcay, kecap asin dan bumbu kacang. Biasanya pada siang hari ibu-ibu membantu menyiapkan keperluan dagang bubur seperti bumbu, ayam dan perlengkapan lainnya, sementara yang menjualnya ke pelosok dan daerah-daerah tertentu yaitu bapak-bapaknya.
Bubur Tambun atau bubur motor ini sudah terkenal sejak tahun 1980 an mereka berkelana hingga Jabodetabek kini dengan menggunakan motor, mereka yang berjualan dengan trayek jauh akan berangkat lebih awal.
Sudah berjualan sejak tahun 1981 Edi memiliki nazar untuk membuat sebuah pondok ngaji di teras rumahnya dengan jerih payahnya sebagai penjual bubur. Niat baiknya itu juga disambut antusias oleh warga Kampung Buwek dan sekitarnya yang ikut membantu mewujudkan nazar Edi tersebut. Bahkan, uang hasil berjualan bubur sudah memberangkatkan Edi dan Istri umroh ke tanah suci. Tepatnya pada tahun 2019. Edi pun kini lebih akrab dipanggil haji Edi.
Mereka berangkat pukul 05.00 WIB dengan alasan untuk menghindari para pekerja maupun anak sekolah yang juga melintas berbarengan. Bubur juga menjadi makanan pembuka atau sarapan simpel bagi warga, para penjual bubur Tambun harus siap di lokasi dagangnya sebelum para pembeli datang.
Bubur Tambun atau bubur motor ini sudah terkenal sejak tahun 1980 an mereka berkelana menjajakan dagangannya itu hingga ke beberapa wilayah Jabodetabek. Semua yang berjualan dengan trayek terjauh akan berangkat lebih awal dari pada yang lainnya.
Seperti diketahui, omzet dari penjualan bubur itu terbilang cukup menjanjikan. Dalam sehari ia mampu menjual hingga 150 porsi dalam sekali jalan. Dagangannya itu ludes hanya dalam hitungan 4 jam. Usai berdagang, Ia pun menyalurkan hobinya dengan memancing.
Potret kumpulan para pedagang bubur ayam dari kampung Bubur di Tambun sebelum menjalankan misinya menjelajahi kawasan tempat mereka berjualan.
Baru melepas standar motor yang membawa bubur, lapaknya langsung diserbu pelanggan yang sudah menanti. Bubur tanpa bumbu kuning ini dibanderol dengan harga Rp 10.000 per-porsi. Bisa terbayang dong omzet perharinya berapa?
Tak sedikit dari para pengendara yang melintas itu berhenti sejenak untuk berbelanja dan membeli sarapan bubur dagangan mereka. Meskipun yang dijual dengan harga yang relatif cukup murah, omzet yang dicapai terbilang cukup fantastis dalam sebulan. Rata-rata dari mereka bisa mengantongi uang hingga Rp 20 juta setelah dipotong biaya produksi.
Bahkan ada dari sebagian mereka yang sebelum menjadi tukang bubur merupakan pekerja serabutan. Mereka rata-rata banting setir untuk menjadi tukang bubur dengan mencoba peruntungan baru. Ada yang sudah berdagang puluhan tahun dengan harga porsi awalnya kala itu mulai dari Rp 200 per porsi. Setelah 28 tahun berlalu kini harganya menjadi Rp 10.000 per porsi.
Batur (40) biasa berjualan bubur di sekitar kawasan Industri MM 2100, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Ia juga tak butuh waktu lama untuk menghabiskan ratusan porsi bubur yang ia bawa sejak subuh yang menjadi sarapan idola para karyawan pabrik sekitar.
Usai berdagang, para penjual bubur secara bersama-sama menghabiskan waktu untuk mengikuti lomba mancing lele di Galatama Lele Pelangi, Sumber Jaya, Tambun, Bekasi. Biasanya kegiatan memancing dilakukannya pada siang menjelang sore. Privilege ini tak bisa didapatkan para pekerja kantoran yang bekerja pagi hingga sore menembus kemacetan Jakarta.