Jakarta - Sejumlah foto portrait series warga berpose dengan belanjaan snack makanannya di kawasan Jakarta Fair Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).
Picture Story
Fenomena Unik di Jakarta Fair, Borong Snack Pakai Koper

Di tengah gegap gempita Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2025, satu pemandangan unik kembali muncul dan menyita perhatian antrean panjang warga yang memborong camilan dalam jumlah besar, bahkan tak jarang dengan harga fantastis hingga jutaan rupiah.
Tak tanggung-tanggung, sebagian pengunjung bahkan rela membawa koper kosong khusus untuk menampung jajanan ringan tersebut.
Di area hall makanan dan minuman, deretan booth snack dan makanan ringan lokal dan impor selalu ramai dikerubungi pembeli. Tidak hanya sekadar membeli sebungkus dua bungkus, banyak dari mereka terlihat mengangkut belanjaan dalam jumlah besar kardus, tas jinjing jumbo, bahkan koper beroda yang biasa dipakai untuk traveling.
Isi koper itu bukan pakaian atau oleh-oleh khas luar negeri, melainkan beraneka camilan kekinianβdari keripik pedas, biskuit rasa unik, hingga makanan ringan berbumbu khas Korea dan Jepang.
Fenomena belanja snack dalam jumlah besar ini memang bukan hal baru di Jakarta Fair. Setiap tahun, pemandangan koper berisi camilan menjadi semacam βritualβ tahunan yang seolah tak bisa dipisahkan dari identitas JFK. Bagi sebagian warga, inilah ajang yang paling ditunggu-tunggu karena bisa berburu produk makanan kekinian, mencoba sampel gratis, dan tentu sajaβberburu diskon.
Salah seorang warga seorang mahasiswa yang menghabiskan Rp1,5 juta untuk snack di JFK 2025, mengaku tidak merasa rugi.
Meski begitu, muncul pertanyaan di kalangan netizen maupun sebagian pengunjung lainnya: apakah tidak sayang menghabiskan uang jutaan hanya untuk makanan ringan? Bukankah bisa digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas?
Menanggapi hal itu, banyak pengunjung memiliki pandangan tersendiri. Bagi mereka, berbelanja snack dalam jumlah besar bukan sekadar konsumsi, tetapi juga bagian dari gaya hidup, bentuk ekspresi diri, bahkan cara melepas stres. Apalagi di tengah tekanan ekonomi dan rutinitas harian yang padat, membeli camilan favorit bisa menjadi bentuk βself rewardβ.
Bahkan banyak pakar menyebut fenomena ini sebagai bentuk pelampiasan konsumtif yang bersifat situasional.Β Acara seperti Jakarta Fair menciptakan euforia kolektif. Banyak orang terdorong untuk belanja lebih banyak karena suasananya, diskonnya, dan adanya dorongan sosial. Selama masih dalam batas wajar dan tidak mengganggu keuangan pribadi secara signifikan, perilaku ini masih bisa diterima.
Tak ada yang menyalahkan fenomena ini. Tidak ada larangan hukum, tidak ada aturan sosial yang melarang seseorang membelanjakan uangnya demi camilan favorit. Namun, fenomena ini tetap menarik untuk dilihat dari berbagai sisi mulai dari pola konsumsi warga urban, daya tarik promosi dan marketing produk makanan, hingga dinamika ekonomi masyarakat kelas menengah yang terus tumbuh.