Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan kepada detikFinance, Jakarta, Kamis (4/8/2011).
"Kemarin sudah lihat langsung dari Lampung, dan kita rapatkan di direksi, kemudian direksi mengambil keputusan, dan akan langsung mulai dikerjakan," kata Dahlan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian, apakah jaringan listrik tersebut bisa dikerjakan dalam waktu tiga bulan? Ada kemungkinan di situ. Kita juga minta adanya komitmen dari beberapa pihak supaya kita tidak ada kesulitan ketika PLN akan menanam tiang-tiang listriknya. Itu kan jaringan 80 Km pasti butuh ratusan tiang yang dipancang. Biasanya sering dipersoalkan izinnya," jelas Dahlan.
Menurut Dahlan pihak Wakil Bupati Tulang Bawang di depan ribuan petani tambak tersebut juga menjamin bahwa Bupati Tulang Bawang akan sepenuhnya mengawal pemasangan tiang-tiang listrik. Pihak petambak udang juga sudah memberi komitmen mereka untuk mengizinkan lewatnya jaringan listrik yang melalui pohon-pohon sehingga perlu ada pemotongan atau penebangan.
"Sekarang, kalau ada sedikit hambatan, mungkin pada pabrik tiang listriknya. Karena yang di Lampung kemampuannya terbatas. sejauh ini masih kita cek, kalau tidak cukup kita akan putuskan untuk mengambilnya dari Jakarta," tambahnya.
Selain itu, hambatan yang ada adalah, adanya ketidakcukupan transmisi sepanjang 50 km di wilayah Bukit Kemuning (Lampung Utara). Rencananya, pihak PLN akan memperbesar transmisi listrik. "Itu nanti mau dibesarkan, satu-dua minggu lagi selesai, kawatnya kita ganti agar bisa menambah pasokan listrik dari Sumatera Selatan," ujar Dahlan.
"Ini merupakan di luar perhitungan bisnis, kalau anda lihat kemarin, petani tambak udang ini terlantar begitu mengharukan. Maka itu, kalau PLN bisa mengalirkan listrik ke sana, mereka itu bisa memproduksi sebesar 40% dari udang nasional. Itu sangat strategis," papar Dahlan.
Seperti diketahui, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad meminta kepada petambak udang plasma di Bumi Dipasena Jaya, Tulang Bawang, Lampung tetap bersabar karena daerah tersebut belum dapat pasokan listrik.
Sebelumnya, para petambak di wilayah tersebut mendapatkan pasokan listrik dari PT Aruna Wijaya Sakti (AWS). Namun adanya kasus pemutusan hubungan listrik sepihak pada Mei 2011 lalu membuat tambak plasma berhenti beroperasi.
Sejak diputusnya pasokan listrik, tambak-tambak plasma tersebut terpaksa dikosonglan. Sebagian petambak ada yang berpindah pekerjaan dengan menebar jaring untuk menangkap ikan di kanal-kanal. Beberapa dari mereka yang menangkap ikan hanya mendapatkan Rp 15.000 - Rp 20.000 per hari dari hasil tangkapan yang dijual.
(nrs/hen)