Tergantung Impor, Harga Ikan Sarden Kaleng Merayap Naik

Tergantung Impor, Harga Ikan Sarden Kaleng Merayap Naik

- detikFinance
Kamis, 20 Okt 2011 14:52 WIB
Jakarta - Harga ikan sarden kemasan kaleng terus merayap naik menyusul bergantungnya industri pengalengan ikan lokal dari bahan baku ikan impor. Produsen mengaku setidaknya sudah menaikkan harga jualnya rata-rata hingga 10%.

"Kenaikan rata-rata sekitar 10%, di market kita nggak tahu karena ada biaya transportasi dan handling. Gradual kita naikkan, kita naikkan sedikit-sedikit. Posisi selama satu tahun, termasuk kenaikan pada pertengahan tahun ini, kenaikannya tak merata semua pabrik," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) Ady Surya kepada detikFinance, Kamis (20/10/2011)

Ady menjelaskan kenaikan produk ikan sarden kaleng ini sesuai dengan hukum ekonomi. Selain harga bahan baku ikan yang semakin mahal, harga saus, dan harga garam pun ikut naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan sejak awal 2010 pasokan ikan sarden atau ikan lamuru lokal dari kawasan Bali, NTB, NTT, dan Madura kian menipis karena tak ada tangkapan yang dipicu dari perubahan siklus.

Hasilnya sampai saat ini 90% lebih bahan baku ikan untuk kebutuhan industri dipasok dari impor. Padahal menurut Ady, dua tahun lalu pasokan ikan sarden lokal hampir memenuhi seluruh kebutuhan 20 industri pengalengan ikan dalam negeri.

"Selama ini 60% biaya untuk kaleng, ikan 25%, selebihnya bumbu. Sekarang yang naik signifikan itu ikan, kalau dulu harga ikan Rp 4.500 per Kg, dengan harga impor sudah naik Rp 7.000 sampai Indonesia, impornya dari China, Korea dan Jepang," katanya.

Dengan kondisi demikian, saat ini 20 industri pengalengan ikan hanya mampu beroperasi 70% dari kapasitas terpasang. Industri pengalengan ikan hanya beroperasi 150.000 ton/ tahun padahal mampu memproduksi ikan kaleng sebesar 250.000 ton.

Ady berharap pemerintah harus memperhatikan nasib industri pengalengan ikan. Jika kondisi terbatasnya pasokan ikan terus berlanjut ia khawatir sektor tenaga kerja akan menjadi korban. Ia mencatat setiap pabrik anggotanya mempekerjakan sebanyak 500 orang dengan jumlah 20 pabrik.

"Kalau berlanjut sampai tahun depan saya takut kerawanan tenaga kerja dan sosial. Kalau kebutuhan ikan untuk pabrik ini tak bisa dipenuhi," katanya.

Ia mengatakan memang sampai saat ini tak ada larangan impor untuk ikan sarden meski beberapa bulan lalu sempat terjadi kontroversi impor ikan yang dianggap ilegal. Namun kalangan produsen dalam negeri lebih memilih ikan sarden lokal karena harganya jauh lebih murah.
(hen/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads