Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono mengatakan umumnya impor semen dilakukan dalam bentuk klinker atau bahan baku semen. Impor itu dilakukan oleh pabrik-pabrik semen di luar Jawa untuk memenuhi kenaikan permintaan semen hingga 17% selama 10 bulan di 2011.
"Karena di beberapa daerah tak bisa disuplai dari Jawa, di Jawa saja sudah tinggi permintaan," katanya kepada detikFinance, Senin (19/12/2011)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Erwin punya kesempatan mensuplai di luar Jawa," katanya.
Selain impor semen juga dilakukan oleh Semen Gresik Grup yang mengimpor kurang lebih 300.000 ton klinker dari Vietnam. Klinker tersebut diolah di pabrik semen Tonasa untuk memenuhi pasar luar Jawa.
Urip menambahkan impor semen curah pernah juga dilakukan oleh pabrik semen Andalas beberapa tahun lalu. Setelah pabriknya beroperasi penuh, kini mereka hanya mengimpor klinker dari negara tetangga.
"Memang paling banyak dari Vietnam, mereka ada kelebihan banyak," katanya.
Meski tak merinci berapa volume pasti impor semen tersebut, ia memperkirakan angkanya bisa mencapai 1 juta ton untuk tahun ini saja. Ia juga memastikan semen-semen impor tersebut harganya lebih mahal dari semen produksi lokal.
"Semen impor seharusnya lebih mahal karena kalau tidak, ingin impor semua. Mungkin 1 juta ton, nanti kita lihat data akhir tahun," katanya.
Pemilik Bosowa Grup Erwin Aksa mengakui selama setahun terakhir ini sudah melakukan aktivitas impor semen dari negara tetangga seperti Malaysia bahkan Taiwan.
Impor ini untuk memenuhi permintaan semen di pasar dalam negeri yang begitu pesat. Ia mencatat impor semen ini setidaknya yang paling besar setelah sebelumnya tahun 1995 Indonesia melakukan impor semen besar-besaran.
"Itu menunjukan permintaan semen begitu tinggi, artinya perekonomian kita tumbuh," kata Erwin.
(hen/dnl)