Kedatangan ketiga menteri tersebut, seiring kebijakan pemerintah yang menutup atau melarang ekspor bahan baku mentah rotan,. Salah satunya Permendag nomor 35/2011 tentang larangan ekspor rotan.
Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan mengatakan, kedatangan pihaknya dan menteri lainnya guna mendorong produksi dan industri rotan tidak hanya memproduksi bahan mentah saja tetapi mendorong peningkatan produksi barang jadi khususnya rotan dan kakao.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gita juga mengatakan seiring keluhan industri rotan khususnya di Cirebon yang karyawannya banyak di-PHK karena kesulitan bahan baku.
"Sementara produksi rotan dunia ada di Indonesia, inikan sangat disayangkan, karena kenyataannya kita membeli produk rotan negara lain yang bahan bakunya dari Indonesia," ungkap Kepala BKPM ini.
Setali tiga uang dengan Gita, Menteri Perindustrian, MS. Hidayat mengatakan kedatangannya juga ingin mendorong industri rotan bisa tersebar tidak hanya di Pulau Jawa, tapi juga di daerah penghasil rotan dan kakao khususnya di Sulawesi dan Kalimantan.
"Sebagai bentuk dorongan pemerintah, kami membawa para investor yang investasi di Jawa, untuk lihat Sulawesi agar bisa didorong investasi disini," ucap Hidayat.
Apalagi kata Hidayat pasokan rotan didunia 80-90% berasal dari hutan Indonesia. "Namun industri pengolahannya atau barang jadinya kita masih kalah, untuk itu kita dorong industri rotan kita maju, khususnya didaerah penghasil," ujar Hidayat.
Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh mendukung, tujuan kedatangan ketiga Menteri tersebut. "Pemerintah dan warga Sulawesi barat, mendukung sepenuhnya program pemerintah khususnya larangan ekspor bahan mentah rotan dan kakao," ujarnya.
Namun Anwar meminta agar pemerintah segera merealisasikan pembukaan industri pengolahan rotan dan kakao di Sulawesi yang merupakan penghasil rotan dan kakao terbesar.
"4 provinsi di Sulawesi menghasilkan 72% penghasil kakao, namun industrinya ada di pulau Jawa, Sulawesi pertahunnya juga menghsilkan 40.000 ton rotan, tapi industrinya di Cirebon, kami minta industrinya harus di Sulawesi, karena kalau kami 'ekspor' ke Jawa-pun ongkosnya mahal," tandasnya.
(hen/hen)