7.000 Kontainer Besi Tua Disita, Industri Baja Protes

7.000 Kontainer Besi Tua Disita, Industri Baja Protes

- detikFinance
Jumat, 13 Jul 2012 14:43 WIB
Jakarta - Kalangan industri baja dalam negeri protes soal penahanan 7.000 kontainer yang berisi besi tua (scrap) di Pelabuhan Tanjung Priok. Ribuan kontainer itu setidaknya sudah tertahan sejak Januari-Juli 2012.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Edward Pinem mengatakan penyitaan 7000 kontainer yang berisi scrap, yang tercampur limbah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menimbulkan kerugian bagi industri baja.

"Ada beberapa masalah terkait penyitaan 7.000 kontainer yang berisi scrap sebagai bahan baku Industri besi dan baja di Indonesia. Di Indonesia, sangat susah untuk mencari solusi masalah scrap dan kinerja industri baja terus mengalami penurunan," Jelas Edward di Gedung Kementerian Perindusrian, Jumat (13/07/12)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan semenjak Januari sampai Juli, ada 7.000 kontainer berisi scrap yang ditahan di Pelabuhan Tanjung Priok. Pihaknya telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian namun belum ada kemajuan tentang penahan Kontainer berisi scrap tersebut.

Edward menambahkan saat ini Indonesia mempunyai tambang bijih besi. Namun, tidak bisa dipakai dalam tanah galian dan virgin iron masih 60%. Virgin iron ini harus diolah dan menjadi bahan yang lebih tinggi dengan proses blast furnace yang memerlukan batu bara yang baik untuk diolah.

"Indonesia belum pernah punya blast furnace sehingga kita tidak punya SDA yang memadai dan kita butuh scrap import 6 juta ton/bulan," Ungkap Edward.

Tak tersedianya alat blast furnace membuat Indonesia mengandalkan impor scrap. "Kemarin ada importir yang mengambil 18 Kontainer yang setiap kontainer berisi 20 ton scrap, anda tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan, semuanya Rp 1,2 miliar bagaimana dengan 7000 Kontainer," katanya.

Saat ini Industri baja dan besi nasional cendrung menggunakan billet sebagai pengganti scrap. Negara China sudah melihat kondisi dan peluang ini. Harga billet cendrung mengalami kenaikan.

"Billet sebagai alternatifnya, China sudah melihat peluang itu tetapi harganya cendrung naik," Ungkap Edward

Harga Billet saat ini berada pada US$ 700/ton dari sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 650/ton. "Pemakaian billet adalah pengganti dari Scrap yang tertahan di pelabuhan, tetapi pemakaian ini jelas banyak biaya devisa yang hilang," pungkas Edward.


(hen/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads