"Untuk itu kami pikirkan matang-matang, belum ada niatan untuk kesana karena ada beberapa alasan," ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar saat ditemui detikFinance di Bandara Sultan Hassanudin Makassar, Jumat (12/10/2012).
Alasan kuat yang menjadi niat Garuda untuk membeli adalah keadaan Bandara yang belum memungkinkan. Seperti dikatakan Emirsyah bahwa bandara Indonesia belum siap dalam menunjang kebutuhan pesawat Airbus A380. "Pesawat itu kan jumbo dan besar, bandara belum siap," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pangsa pasar kita belum menuju kesana, kita itu point to point. Strategi kita berbeda dengan mereka. Karena pasarnya juga berbeda," tuturnya.
Sistem point to point dikatakan Emirsyah merupakan pangsa pasar yang dominan di Indonesia. Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai penerbangan Indonesia juga melakukan hal yang serupa.
"Jadi secara geografis itu Jakarta dan Indonesia itu di bawah posisinya berbeda dengan Singapura dan Bangkok sehingga mau tidak mau hub and spot nya tidak berfungsi karena kita selalu terbang dibawah. Cara terbang Garuda itu point to point. Seperti Jakarta-London, Jakarta-Milan dan Jakarta-Amsterdam demikian kita seperti itu," imbuhnya.
Emrsyah berkeyakinan jika pangsa pasar penerbangan Indonesia terus meningkat bukan tidak mungkin Garuda Indonesia akan menggunakan pesawat yang jauh lebih besar.
"Kalo point to point pasarnya besar kita harus masuk pesawat besar ya salah satunya A380," tutupnya.
(wij/dru)