Ketua V DPP HIPMI Erik Hidayat mengatakan infrastruktur di Indonesia masih dinilai kurang memadai untuk menopang investasi seperti elektronika berteknologi tinggi. Ia mengingatkan batalnya perusahaan elektronika Research In Motion (RIM) Blackberry asal Kanada untuk berinvestasi di Indonesia karena persoalan infrastruktur.
"Pabrik BB (BlackBerry) lari ke Malaysia daripada disini. Salah satu faktornya karena infrastruktur," ungkap Erik saat acara Press Conference HIPMI Economic Outlook 2013, di Gedung DPP HIPMI, Palma One, Kuningan Jakarta, Senin (10/12/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini hal yang paling mendasar bagi pemerintah," lanjutnya.
Anggapan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Ketua VI DPP HIPMI, Bahlil Lahadialah, Indonesia berada dalam peringkat 85 urusan infrastruktur. Kalah dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
"Kita urutan 85 di dunia, jauh dikalahkan Singapura dan Malaysia. Ini karena infrastruktur kita jelek. Alokasi untuk infrastruktur itu 2% (dari APBN)," ungkap Bahlil.
Selain risiko larinya investor, Bahlil mengatakan produk dalam negeri pun akan kalah bersaing dengan produk impor yang akan membanjiri pasar dalam negeri jika infrastruktur ini tak segera dibenahi.
"Bukan tidak mungkin nanti produk luar yang masuk ke Indonesia ini akan jauh lebih murah dibanding produk lokal," tandasnya.
(zul/hen)