Maka dari itu muncullah dua kubu, dari yang pro alias mendukung dan yang kontra alias tidak mendukung. Berikut ini beberapa pernyataan mereka yang mendukung adanya program mobil murah, seperti dirangkum detikFinance, Kamis (18/9/2013).
Harga Murah, Semua Orang Bisa Beli
|
"Mobil murah untuk pedesaan tetap ada kok, yang pick up-pick up itu kan buat pedesaan yang CC nya sekitar 1.200 cc," ucap Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi ketika ditemui di Gedung DPR, Rabu (18/9/2013).
Menurut Budi beberapa produsen bahkan sudah memproduksi mobil murah untuk pedesaan. "Ya seperti Suzuki, ada grand max, sudah ada mobilnya, kenapa lebih tenar mobil LCGC di perkotaan, ya itu kan karena peran media saja," ucapnya.
Pemerintah memang beralasan kehadiran LCGC ini awalnya untuk masyarakat pedesaan karena tanpa adanya kebijakan khusus tentang harga mobil, masyarakat pedesaan sulit mendapatkan layanan transportasi untuk mendistribusikan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, ternak, maupun perikanan sehingga ekonomi mereka tidak tumbuh.
Bisa Meningkatkan Taraf Hidup
|
"Ini pemerataan namanya. Freedom of Transportation," ungkap Direktur Utama BCA Finance, Rony Haslim kepada detikFinance, Rabu (18/9/2013).
Menurut Roni yang juga sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), aturan tersebut sudah disosialisasikan sejak lama. Aneh sekali menurutnya jika banyak kalangan yang protes.
"Mestinya tidak usah diprotes. Itu aturan sudah lama dibahas. Ketika sudah diteken dan mobilnya sudah diproduksi kok malah diproters," tutur Rony.
Rony menjelaskan, setiap orang berhak memiliki sebuah mobil sebagai peningkatan taraf hidup. Tidak fair jika memang hanya menyalahkan produksi mobil.
"Setiap orang berhak punya mobil untuk peningkatan taraf hidup. Masak naik motor terus. Harusnya yang dipermasalahkan adalah penyediaan infrastruktur seperti jalan, dibuatlah jalan layang yang banyak agar tidak macet," ungkapnya.
"Metro Mini dan angkot-angkot yang ngetem sembarangan dibenahi. Masak orang dilarang sih punya mobil, itu kan tidak benar," imbuh Rony.
Mobil Murah Bisa untuk Ekspor
|
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku telah membicarakan dengan Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat, intinya mobil murah tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga bisa diekspor.
"Kita syukur-syukur ini menjadi produk ekspor utama kita, karena kita unggul untuk ekspor, saya sudah bicarakan dengan Menperin," kata Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu (18/9/2013)
Selain itu, Hatta mengingat ke depan Indonesia juga akan menghadapi agenda Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community/AEC) atau pasar bebas ASEAN.
"Saya harapkan ini jadi produk ekspor, karena mengingat akan ada Asean economic community. Jadi meningkatnya sektor otomotif kita. Diarahkan untuk ekspor," jelasnya.
Menurutnya, masyarakat Asean juga membutuhkan mobil murah yang ramah lingkungan.
"Jangan jadi dipasarkan untuk produk dalam negeri saja, tapi juga di ekspor. Karena itu tentu negara-negara Asean di kawasan ini perlu produk ramah lingkungan dan terjangkau," pungkas Hatta.
Embrio Mobil Nasional
|
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menganggap kehadiran LCGC akan membantu adanya mobnas. Apalagi permintaan kendaraan roda empat masyarakat Indonesia semakin tinggi.
"Mobil murah mampu membantu lahirnya mobil nasional. Jangan cuma impor-impor saja," kata Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu (18/9/2013)
Ia menuturkan, semangat produksi mobil murah ini adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. "Sebenarnya spirit kita itu satu, hendaknya kita menjadi basis produksi ekspor," tegasnya.
Menurut Hatta, dengan Indonesia menjadi basis produksi LCGC, maka akan mendorong industri pendukung atau komponen mobil di dalam negeri.
"Karena ini akan mampu mendorong industri pendukung di tanah air. Yaitu industri komponen," ungkap Hatta.
Pengusaha dan DPR Dukung Program Mobil Murah Ini
|
"Saya pikir perlu, tapi kita lakukan karena rakyat kita masih miskin jadi mobil murah itu ada baiknya buat kita," kata Sofjan di gedung DPR-RI, Jakarta, Rabu (18/9/2013)
Sofjan beralasan, kehadiran mobil murah lebih positif daripada Indonesia harus bergantung dengan mobil sejenis dari luar negeri. Apalagi, impor mobil kelas atas khususnya mobil mewah setiap tahunnya mencapai 7500 unit.
"Daripada mobil mahal yang menghabiskan devisa kita," katanya.
Walaupun mendukung keberadaan LCGC, Sofjan memberikan catatan khusus kepada pemerintah. Menurutnya keberadaan LCGC harus dibarengi dengan infrastruktur transportasi massal.
"Tapi sekarang ini masalahnya infrastruktur itu cukup apa nggak. Itu harus dibarengi transportasi umum itu. Bus-busnya dan lain-lain. Jangan cuma pribadi saja yang bikin macet," seru Sofjan.
Halaman 4 dari 6