Pabrik gula GMM dibangun dengan investasi sebesar Rp 1,7 triliun. Pabrik ini akan memiliki kapasitas penggilingan tebu sebesar 6.000 TCD (Ton of Cane per Day). Tahun 2014 rencananya pabrik baru gula ini akan mulai berproduksi. Dengan rendemen minimal sampai 8 persen, produksi gula pabrik GMM akan mencapai 50 ribu ton pe tahun.
Suswono mengatakan program swasembada gula banyak mengalami kendala. Pertama, kendala lahan karena dibutuhkan setidaknya tambahan lahan 350.000 hektar khusus untuk menanam tebu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, adalah revitalisasi pabrik gula. Pabrik gula yang ada merupakan pabrik gula peninggalan Belanda. Mesin-mesinnya perlu diremajakan agar dapat meningkatkan rendemen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi gula nasional. Namun langkah revitalisasi pabrik gula juga tidak dilakukan. Sehinga pabrik-pabrik yang ada masih beroperasi menggunakan mesin-mesin lama.
Ketiga, adalah pembangunan pabrik gula baru. Untuk mencapai swasembada gula ketika itu diperlukan 20-25 pabrik gula baru. Tetapi sejak 2009 baru satu pabrik yang dibangun yakni GMM.
"Ya baru GMM ini, pabrik (gula) baru yang dibangun sejak 2009," kata Suswono.
Ia mengatakan ketiga masalah tadi kewenangannya tidak berada di kementeriannya. Menurutnya wilayah Kementan adalah peningkatan produksi tebu petani untuk mensuplai pabrik gula.
"Kementan hanya fokus pada penyediaan bibit tebu yang baik dan pembinaan petani agar produksi tebunya meningkat," kilah Suswono.
Selain itu, Suswono meminta pengusaha agar tak hanya menjadi pedagang saja. Pengusaha harus berani keluar modal untuk membangun fasilitas produksi khususnya di sektor pangan khususnya gula.
"Jangan bisanya hanya impor, kemudian dijual di dalam negeri. Ini namanya hanya mau untungnya saja," katanya.
(hen/hen)