Bahan Baku Masih Impor, Bisnis Batik Rawan Fluktuasi Dolar AS

Bahan Baku Masih Impor, Bisnis Batik Rawan Fluktuasi Dolar AS

- detikFinance
Kamis, 06 Mar 2014 12:20 WIB
Jakarta - Nilai tukar dolar AS yang sempat menyentuh ke level Rp 12.000 dan berfluktuasi membuat para perajin batik kena dampaknya. Penyebabnya bahan baku batik seperti kain dan pewarna batik masih banyak diimpor, sehingga saat rupiah melemah harga bahan baku makin mahal.

Pemerhati Kebijakan Industri Fauzi Aziz menjelaskan banyak bahan batik yang masih harus diimpor kecuali kain Primisima untuk batik tulis yang bisa diproduksi di dalam negeri.

"Semua kain batik masih impor dari China, kecuali kain Primisima itu untuk batik tulis itu dari lokal pabriknya di Jogja dan Batang," kata Fauzi usai acara deklarasi batik di Balai Kartini Jakarta (6/3/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fauzi menjelaskan bahwa pewarna batik yang digunakan untuk membatik itu juga masih harus impor. Sehingga para perajin batik terkena dampak buruk saat nilai tukar dolar terhadap rupiah menguat.

"Batik itu impor kontennya masih tinggi, bahan pewarna semua impor dari Eropa dan China, makanya kalau dolar naik menjerit dia. Hampir semua impor kecuali pewarna alam. Gondorukem (lilin batik) ada tapi di ekspor, karena memang pasarnya bagus," imbuhnya.

Sementara itu, Presiden Komisari Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI), Romi Oktabirawa mengakui bahwa pewarna batik dan kapas untuk kain ini masih harus diimpor. Sehingga saat ini pihaknya mengembangkan serat kayu putih sebagai bahan membuat kain dari Indonesia.

"Pewarna batik dan kapasnya itu masih harus impor. Saat ini grup kami mengembangkan serat kayu putih yang kami dapat dari Austria, untuk pengganti kapas karena kapas tidak cocok ditanam di Indonesia, ini sebetulnya produk hulu ini potensial," tambahnya

(hen/hen)

Hide Ads