Namun, Malaysia Airlines bisa belajar dari sejumlah maskapai penerbangan regional yang berhasil selamat dari kondisi yang hampir mirip.
Dilansir dari AFP, Senin (28/7/2014), maskapai penerbangan yang selamat dari krisis antara lain adalah Garuda Indonesia. Maskapai milik pemerintah Inodnesia ini pernah mengalami sejumlah masalah di tahun 1990-an dan 2000-an, termasuk tingginya utang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada 2005, pemerintah menunjuk seorang mantan bankir, yaitu Emirsyah Satar untuk menyelamatkan maskapai ini. Pada 2010, Garuda terpilih sebagai maskapai yang menunjukkan perubahan paling baik (most improved airline), oleh Skytrax.
Selain Garuda, Malaysia Airlines juga bisa belajar dari Korean Air, yang sempat bermasalah pada 1980-an dan 1990-an, karena sejumlah kecelakaan yang menewaskan sekitar 700 orang.
Pada tahun 2000, maskapai ini menunjuk pensiunan Delta Air yaitu David Greenberg sebagai bos barunya. Sekarang, Korean Air jadi maskapai terpandang di dunia.
Analis penerbangan dari Endau Analytics yang berbasis di Malaysia, yaitu Shukor Yusof mengatakan, pemerintah Malaysia dan Khazanah--selaku BUMN yang menjadi pemegang saham Malaysia Airlines--bisa belajar dari maskapai-maskapai yang pernah selamat dari krisis.
"Nama Malaysia Airlines saat ini sama dengan bencana, masalah manajemen, kurangnya disiplin, serta cap negatif lainnya," ujar Shukor.
Malaysia Airlines juga diketahui mengalami kerugian keuangan serius selama 3 tahun terakhir ini, yaitu US$ 1,3 miliar atau Rp 13 triliun. Namun maskapai ini bisa belajar dari Garuda Indonesia dan Korean Air.
Menurut Shukor, maskapai ini butuh campur tangan pemerintah Malaysia dengan segera. Agar bisa selamat, setelah didera dua tragedi, yaitu MH370 dan MH17.
"Bila tidak ada tindakan segera dari pemerintah, maka Malaysia Airlines akan menghadapi kenyataan pahit setelah tragedi MH17. Hari-hari yang dilalui bakal membuat maskapai ini hancur dengan sendirinya," kata Shukor.
Bahkan Shukor mengatakan, Malaysia Airlines merugi US$ 1 juta-US$ 2 juta per hari. "Menurut data, dengan kondisi kas saat ini, diperkirakan maskapai ini hanya bisa mengudara sekitar 6 bulan saja," imbuh Shukor.
Usai dua tragedi yang menimpa Malaysia Airlines, citra maskapai ini turun. Dikhawatirkan, penumpang makin meninggalkan maskapai dan bisnisnya makin hancur.
(dnl/dnl)