Banyak Fenomena Pabrik Rokok Pangkas Karyawan, Ini Sebabnya

Banyak Fenomena Pabrik Rokok Pangkas Karyawan, Ini Sebabnya

- detikFinance
Jumat, 10 Okt 2014 06:58 WIB
Banyak Fenomena Pabrik Rokok Pangkas Karyawan, Ini Sebabnya
Jakarta - Dalam satu setahun terakhir ini, satu per satu perusahaan rokok dalam negeri mulai melakukan efisiensi dengan melakukan 'pemangkasan' tenaga kerja.

Setiap produsen memiliki cara yang berbeda. Ada yang langsung tutup pabrik dan PHK karyawan, atau melakukan program pensiun dini seperti yang dilakukan PT Gudang Garam Tbk kepada 1.200 karyawan, kemarin (9/10/2014).

Pada Mei lalu, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan penghentian kegiatan produksi pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berlokasi di Jember dan Lumajang per 31 Mei 2014. Dampaknya ada total 4.900 karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun berselang dalam waktu 4 bulan, giliran PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) yang menawarkan pengunduran diri sukarela kepada 1.000 pegawainya. Pengurangan pegawai dilakukan dalam rangka efisiensi.

Setelah pegawai dikurangi, Bentoel akan menyetop produksi 8 pabrik dari total 11 pabrik milik perusahaan. Jadi hanya tiga pabrik saja yang akan beroperasi. Tawaran program ini terjadi pada awal September 2014.

Tercatat sudah ada 2.088 karyawan borongan, SKT dan Operasional yang usia kerjanya minimal 20 tahun, memilih untuk mengikuti program pensiun dini. Lalu kira-kira apa sebab utamanya?

Ketua Komite Tetap Industri Tembakau dan Cengkeh Kadin Indonesia Yos Ginting mengungkapkan umumnya semua pabrik rokok yang melakukan efisiensi karyawan adalah jenis usaha SKT.

"Tren produksi SKT terus menurun sejak 7 sampai 8 tahun yang lalu," ungkap Yos kepada detikFinance, Jumat (10/10/2014).

Untuk segmen SKT, Yos menyebut sesuai data ritel audit Nielsen, telah terjadi penurunan pangsa pasar dari 30,6% di tahun 2009 menjadi hanya 23,9% pada tahun 2013.

"Inilah penyebab ter-PHK-nya ribuan karyawan SKT," imbuhnya.

Lebih lanjut Yos mengungkapkan kondisi sekarang penggunaan mesin (SKM) pada produksi rokok dinilai jauh lebih efisien. Bayangkan saja, kapasitas produksi 1 mesin rokok setara dengan 4.500 karyawan. Dengan begitu, produsen rokok bisa menekan biaya produksi yang cukup signifikan.

"Sekarang sudah terjadi pergeseran referensi dari rokok bikinan tangan ke mesin. Penyebabnya harga jual rokok tangan saat ini relatif tinggi harganya dibandingkan dengan mesin. Jadi sekarang rokok SKT dinilai tidak kompetitif dibandingkan rokok SKM," jelasnya.

(wij/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads