Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan pencanangan swasembada gula sudah ada sejak 10 tahun lalu oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun swasembada gula selalu gagal.
"Kenapa 2004 sampai 2014 Pak SBY gagal mewujudkan swasembada gula karena tidak pernah ada pendirian pabrik gula baru, penambahan lahan juga tidak ada, bagaimana mungkin," tegas Ismed saat ditemui di kantornya, Jalan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (10/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pabrik gula lama tidak ada pendanaan untuk revitalisasi karena mereka tak bisa jual gulanya, gulanya diserbu gula rafinasi," tutur Ismed.
Jangankan untuk merevitalisasi mesin, untuk memperbaiki sarana di pabrik pun menurutnya sangat sulit diwujudkan. Dalam 2 tahun terakhir khususnya yang mana gula lokal diserbu gula rafinasi impor, yang membuat gula lokal sulit bersaing.
"Ketika 2012 kami ada laba, pabrik lantainya bisa dicat bisa direvitalisasi itu terjadi. Tapi sekarang nggak bisa," tuturnya.
Ismed tak ingat betul kapan pembangunan pabrik gula terkahir dibangun di Indonesia, tapi menurutnya, pabrik gula yang beroperasi sekarang umurnya sudah puluhan tahun. "Terakhir tahun 1980-an. Saya nggak hafal betul," kata Ismed.
Ismed juga mengatakan, persoalan lain adalah terkait serbuan gula-gula rafinasi impor yang merembes ke pasar. Dia berharap, pemerintah konsisten untuk mengatasi masalah ini. Ismed menduga ada oknum pejabat yang diuntungkan dari masuknya impor gula rafinasi.
"Pak Jokowi dan Pak JK juga Pak Mendag juga saya kira sudah tahu apa permasalahannya. Oknum pejabat tersebut harus diganti dengan yang lebih bersih," tegasnya
(zul/hen)











































