Biasa Pakai Drum Bekas, Perajin Tempe Ingin Alat Modern

Biasa Pakai Drum Bekas, Perajin Tempe Ingin Alat Modern

Lani Pujiastuti - detikFinance
Senin, 31 Agu 2015 17:45 WIB
Biasa Pakai Drum Bekas, Perajin Tempe Ingin Alat Modern
Jakarta - Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptido) Aip Syarifuddin siang ini mendatangi kantor Kementerian Perindustrian, Senin (31/8/2015).

Ia ingin menyampaikan aspirasi anggotanya yaitu para perajin tahu tempe yang mencapai 1 juta orang lebih supaya dibantu alat produksi modern dan membuat sentra produksi modern di 21 provinsi.

"Kami menghadap Menteri Perindustrian. Kami mohon dukungan selama ini sudah sekian ratus tahun kalo bikin tempe atau tahu maaf, biasanya kan nggak pake kolor, nggak pake baju dan pake keringet baru itu tempe dan tahunya jadi legit. Menghadapi MEA harus lebih profesional. Jadi untuk itu kita butuh bantuan peralatan yang higienis dan produktif sehingga bikin tempe tahu itu akan jauh lebih baik," ungkap Aip ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Senin (31/8/2015) .

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gakoptindo mengusulkan ada 21 provinsi yang masing-masing ada 1 sentra sebagai pilot project akan dibantu alat modern. Ia mengusulkan dibuat semacam pilot project, lokasi-lokasi akan ditetapkan dibuat sebagai Industri pembuatan tempe atau tahu sebagai percontohan sekaligus pendidikan. Tujuan sentra modern ini agar bisa produksi tempe tahu lebih baik dan higienis.

"Nanti Menteri melalui dirjen IKM dan dirjen agro, akan berikan bantuan, tapi akan diseleksi terlebih dulu dimana lokasi-lokasi yang diberikan," katanya.

Dengan alat modern di sentra percontohan, menurut Syarifuddin untuk mengenalkan teknologi ke perajin. Selain itu, perajin bisa meningkatkan produksi.

"Alat modern itu bisa menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan biayanya juga murah, kan akhirnya cost produksinya juga turun," imbuhnya.

Ia mengatakan sedikitnya jumlah perajin tempe tahu mencapai 1 juta orang. Ditambah dengan keluarga bisa mencapai 5 juta orang yang hidup dari usaha tahu tempe.

Bantuan alat yang diinginkan yaitu untuk mengganti alat tradisional seperti drum bekas yang dipakai untuk merebus kedelai diganti dengan tangki stainless.

"Alatnya yang dipakai perajin kan sederhana. Sekarang kan kita bikin tempe atau tahu pakai drum bekas oli atau drum bekas cat. Nah itu kita minta tolong dibuatkan dari stainless. Itu juga harganya murah. Lengkap peralatan itu satu paket hanya 10 macam alat untuk satu sentra biayanya Rp 250-500 juta bisa untuk kapasitas 2-3 ton kedelai per hari," katanya.

Dengan bantuan alat, menurutnya perajin bisa meningkatkan produksi yang semula hanya 50-100 kg lalu bergabung antarperajin untuk memproduksi lebih banyak dengan biaya lebih murah.

"Jadi bisa gabung produksi lebih banyak, biaya lebih murah, cepat dan lebih higienis," tambahnya.

(hen/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads