Pabrik ini merupakan milik PT Indo Bharat Rayon (IBR), Aditya Birla Grup di Desa Cilangkap, Curug, Purwakarta. Menperin Saleh Husin meresmikan perluasan pabrik line ke-7 PT IBR.
Sebelum memasuki pabrik, Saleh Husin mengenakan helm proyek warna putih. Menperin berkeliling ke dalam lokasi pabrik line ke-7 PT Indo Bharat Rayon. Selama berkeliling, Menperin menyimak setiap penjelasan dari pegawai pabrik. Saleh sempat 'mandi' keringat selama proses berkeliling pabrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahan baku yang digunakan yaitu larutan pulp, caustic 48% dan H2SO4 98%. Kemudian ada material bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses produksi seperti NaOH 18%, AlkCell, larutan Viscose serta spin bath. Produk jadinya yaitu fibre atau serat-serat putih menyerupai kapas untuk bahan baku benang tekstil.
"Kita ada di ruangan viscose manufacturing process. Celullose adalah bahan baku utama produksi fiber. Prosesnya, ada purifikasi (pemurnian) celullose, conditioning (pelembapan) dengan pulp kayu. Kemudian steeping yaitu wood pulp tadi dicampur larutan soda. Lalu soda celullose tadi masuk proses shredding atau pemotongan," jelas salah seorang pegawai kepada Saleh Husin.
Penjelasan proses produksi berlanjut di spinning department. Pegawai tersebut melanjutkan penjelasan mengenai proses produksi serat fiber bahan baku benang.
"Material tersebut akan melalui proses ageing selama 48 jam, dilanjutkan churning process di dalam sebuah mixer dan fiber berubah warna menjadi oranye. Baru di mixing menghasilkan viscose. Viscose fiber ini terakhir melalui proses ripening dan spinning," jelasnya.
Selesai berkeliling selama sekitar 30 menit mengamati proses produksi cukup membuat Saleh Husin terlihat mandi keringat. Menperin menerima handuk yang diberikan seorang pegawai untuk membersihkan keringat di wajah dan lehernya. Menperin kemudian berpamitan kepada pemda dan jajaran pimpinan PT Indo Bharat Rayon.
"Terima kasih atas sambutannya, mohon maaf saya pamit harus mengikuti agenda kabinet," ujarnya.
(hen/hen)