Bahan baku komponen yang sebagian besar bersumber dari impor dan lesunya penjualan di tengah nilai tukar yang masih fluktuatif cukup menekan industri otomotif termasuk produsen suku cadang atau komponen.
Ketua GIAMM Hamdhani Dzulkarnaen menyampaikan berbagai tekanan yang tengah dihadapi anggotanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor nilai tukar saja, kata Hamdhani, cukup memukul para pelaku usaha komponen dan suku cadang.
"Rupiah tiba-tiba sempat Rp 14.500, itu bisa dibayangkan tiba-tiba cost melonjak dengan ramalan cost produksi tahun ini hanya Rp 12.000-13.000, itu nambah biayanya sudah berapa," kata Hamdhani.
Pada 2014 lalu, Indonesia mengimpor suku cadang dengan nilai mencapai US$ 7,04 juta, lebih besar daripada yang berhasil diekspor yaitu US$ 4,9 juta.
Hamdhani menjelaskan, hanya komponen fast moving atau yang lebih cepat berganti seperti baterai. Para pelaku industri komponen dan suku cadang dengan produk yang bersifat tahan lama pun tidak bisa bertahan.
"Tidak tahan ini artinya berhenti beroperasi. Kalau dicari detail bisa sampai 10 perusahaan sudah tidak beroperasi. Itu untuk penghasil komponen yang tidak sering ganti. OEM (Original equipment manufacturer) harusnya mengerti dengan kondisi ini," tambah Hamdhani.
Hamdhani mengatakan, di tengah kondisi saat ini, efisiensi sulit dilakukan. "Tidak mungkin menaikkan efisiensi di tengah kondisi saat ini. Bayangannya, kalau kita tidak melakukan efisiensi, efek labour langsung nge-hit. Program kita lebih untuk meningkatkan produktivitas. Kembali pada faktor yang memberatkan, terutama Rupiah. Kalau makin melemah, maka dampaknya ya semakin terasa," imbuhnya.
Pengusaha pun mengganti strategi efisiensi dengan inovasi baik dari segi teklonogi proses hingga desain. "Misalnya inovasi prosesnya. Tadinya 10 proses jadi 8 bahkan 5 proses. Butuh knowledge, skill, peralatan untuk mengetes apakah komponen yang dibuat dengan cara itu memenuhi," kata Hamdhani.
Strategi menaikkan harga after sales pun tidak bisa dilakukan. "Naikkan harga after sale juga harus liat kompetitor. Astra juga kan jualan baterai, itu harus lihat harga kompetitor," kata Hamdani yang juga merupakan Presiden Direktur Astra Otoparts.
Hingga akhir tahun, GIAMM memprediksi produksi komponen roda dua akan turun 20% dan roda empat turun 25%. Prediksi tahun depan pun, kata Hamdani, tidak akan jauh dari angka tahun ini.
"Prediksi tahun depan sepertinya akan flat dibanding tahun ini. Ekspor juga sama," pungkasnya.
(hen/hen)











































