Industri dalam negeri saat ini sudah bisa mengembangkan dan memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih seperti kapal perang. Tak sampai itu, PT PAL Indonesia berhasil menjual kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) kepada militer Filipina.
Terbaru, PAL meluncurkan kapal perang perusak berjenis Guided Missile Frigate/Perusak Kawal Rudal (PKR). Untuk meningkatkan kemampuan, PAL juga melakukan transfer of technology dengan produsen kapal dunia.
Melihat kemampuan ini, Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyebut hal ini sebagai keunggulan industri pertahanan RI seperti PAL. Selain teknologi yang tak kalah bersaing, harga produk alutsista Indonesia juga jauh lebih kompetitif daripada mengimpor alutsista.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu membenarkan apa yang dikatakan Rizal. TNI saat ini berusaha semaksimal mungkin membeli alutsista dari industri dalam negeri seperti PAL dan galangan kapal lainnya.
"Kita membuat sendiri baik di PAL dan galangan-galangan lain," ujar Ryamizard.
Ryamizard menambahkan bahwa angkatan darat sudah membuktikan sendiri ketangguhan alutsista buatan dalam negeri seperti panser ANOA buatan PT Pindad (Persero), terbaru BUMN senjata yang bermarkas di Bandung ini berhasil memproduksi panser jenis Badak.
Untuk pemenuhan alutsista di TNI Angkatan Udara, Kemenhan sedang mengembangkan jet tempur secara mandiri. Kemenhan menujuk PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berkolaborasi dengan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk mengembangkan dan memproduksi jet tempur generasi 4.5 bernama KFX/IFX.
"Kita kerjasama dengan Korea, transfer tekonologi. 5-6 tahun ke depan diharapkan kita sudah bisa buat pesawat tempur," tutup Ryamizard.
(iwd/feb)