Awasi Emisi Gas Kebun Sawit, Malaysia Bangun Menara Pantau 40 Meter

Laporan dari Sarawak

Awasi Emisi Gas Kebun Sawit, Malaysia Bangun Menara Pantau 40 Meter

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Senin, 29 Feb 2016 07:39 WIB
Foto: Feby Dwi Sutianto
Sibu - Pemerintah Malaysia sangat serius terhadap pengelolaan kebun kelapa sawit, termasuk penanganan isu lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas perkebunan.

Bentuk keseriusan itu ditunjukan dengan pembangunan tower atau menara setinggi 40 meter dengan lebar 4 x 4 meter. Menara ini berfungsi memantau perkembangan emisi gas rumah kaca (green house gas) yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menara yang telah beroperasi sejak 2010 ini dibangun dan dioperasikan oleh Tropical Peat Research Laboratoty Unit (TPRLU) Malaysia, di area lahan kelapa sawit, Naman Oil Palm Estate (SOPE), Sibu, Sarawak Malaysia. Sibu sendiri berlokasi 55 menit terbang dari Miri, Sarawak.

Ahli Gambut asal Malaysia yang juga Director TPRLU Malaysia, Lulie Melling menyebut pihaknya dibantu Jepang dalam proses pengoperasian tower pantau tersebut.

Menara ini merupakan yang kedua khusus untuk pemantauan lahan gambut, setelah tower sejenis ada di Indonesia yakni Palangkaraya.

"Pertama itu ada di Palangkaraya namun itu dikelola dan dikembangkan oleh Jepang. Ini baru kedua. Kalau kita murni dibangun pemerintah karena datanya sangat sensitif," kata Lulie di tower, Sibu, Sarawak Malaysia, Kamis (25/2/2016).



Data dari menara diperbaharui secara real time kemudian dianalisa. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk laporan bulanan. Proses pengambilan dan analisa data, lanjut Lulie, dilakukan sangat hati-hati karena saking banyaknya data mentah yang terkumpul.

"Kita sangat hati-hati dalam analisis. Analisis banyak langkah karena kita peroleh 500.000 e-data atau data mentah dalam setiap bulan. Ini diperoleh dari 15 sensor yang terpasang di menara," tambahnya.



Setelah hasilnya keluar, selanjutnya TPRLU akan membuat semacam rekomendasi bila terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca. Rekomendasi wajib diikuti oleh perusahaan sawit khususnya yang berada di lahan gambut untuk pengelolaan lingkungan.

"Untuk lingkungan, kita bisa identifikasi yang lemah dan yang yang kuat. Yang lemah diperbaiki, sedangkan yang kuat atau baik ditingkatkan. Emisi memang tetap ada, tapi seperti kita kita tahu mobil menghasulkan emisi, tapi kenapa mobil tidak dihapus dari jalan? Makanya riset tetap dilakukan untuk perbaiki standar emisi," tambahnya.

detikFinance berkesempatan untuk memanjat menara milik TRRL. Memakai peralatan khusus, rombongan beberapa jurnalis Indonesia melihat lebih dekat menara pemantau emisi gas. Selain berfungsi sebagai alat pantau, menara juga bisa dipakai mengambil gambar area perkebunan sawit. (ang/wdl)

Hide Ads