Di Bawah Silmy Karim, Pindad Lahirkan Senapan Pesaing AK47 Sampai Ekskavator

Di Bawah Silmy Karim, Pindad Lahirkan Senapan Pesaing AK47 Sampai Ekskavator

Muhammad Damar Wicaksono - detikFinance
Rabu, 03 Agu 2016 19:25 WIB
Foto: dok. Kementerian BUMN
Jakarta - Silmy Karim tak lagi menjabat Direktur Utama PT Pindad (Persero). Alumni Harvard University ini digeser dan digantikan oleh Abraham Mose.

Selama menjabat Dirut BUMN senjata sejak Desember 2014, Silmy berhasil melahirkan produk militer dan non militer.

Untuk produk militer, Pindad meluncurkan 4 varian senapan serbu dan pistol. Untuk senapan serbu, para insinyur Pindad berhasil mengembangkan dan melahirkan senapan serbu (SS3) dengan kaliber 7.62X51 MM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senapan serbu yang dirancang di Bandung, Jawa Barat ini memiliki kehandalan di atas senjata serbu legendaris keluaran Uni Soviet, AK 47.

"Tren ke depan dunia masuk ke kaliber 7.62 mm jadi kita menyiapkan diri," kata Silmy kepada detikFinance beberapa waktu lalu.



Empat varian senapan dan pistol terbaru yang lahir pada periode singkat kepemimpinan Silmy antara lain, Senapan Serbu SS3, Senapan Serbu SS2 Subsonic 5.56 mm, Sub Machine Gun PM3 dan Pistol G2 Premium.

SS3, senapan pesaing AK47


Untuk varian kendaraan tempur, Silmy menggandeng beberapa produsen senjata hingga kendaraan tempur. Pertama, Silmy membuka pintu kerja sama antara Pindad dengan Kongsberg Norwegia untuk pembuatan Remote Controlled Weapon Station (RWCS) yang bisa ditempatkan sebagai senjata otomatis pada panser Anoa 6X6.

Rencananya, RWCS akan diproduksi pada markas Pindad, Bandung.

Tak hanya itu, Pindad juga berhasil mengembangkan varian kendaraan tempur dengan senjata canon bernama Panser Badak. Panser ini telah lulus uji sertifikasi dan telah dipesan oleh TNI.

Panser Badak


Masih di periode Silmy, Pindad akan memproduksi 2 jenis rudal, yakni rudal anti serangan udara dan rudal jarak pendek. Untuk teknologinya, BUMN senjata ini akan bekerja sama dengan 2 negara Eropa yakni Swedia dan Prancis.

Untuk rudal jarak pendek, perusahaan yang bermarkas di Bandung ini akan bekerja sama dengan produsen senjata asal Perancis. Jangkauan tembak rudal yang ditawarkan negara itu mencapai 40 kilometer (km).

"Kita ada punya rencana ke rudal anti serangan udara, kerja sama dengan Swedia, kita sedang kolaborasi kemungkinan kerja samanya, yang jelas kita akan sama mereka. Dalam 2 tahun semoga bisa (produksi)," jelas Silmy.

Tak berhenti di produk militer, Silmy juga mempersiapkan Pindad sebagai BUMN yang mendukung penyediaan produk non militer seperti ekskavator. Pindad telah berhasil mengembangkan dan memproduksi ekskavator bernama Escava 200. Escava 200 sendiri telah dipesan ratusan unit, guna mendukung pembangunan di Indonesia.

Ekskavator buatan Pindad


"Kehadiran Escava 200 ini sekaligus menjadi komitmen kami dalam mendukung program pembangunan pemerintah," ujar Silmy.

Prestasi Silmy yang kurang dari 2 tahun ini memperoleh pujian dari Kementerian BUMN.

"Kinerjanya bagus makanya diperlukan di BUMN yang lain jadi yang saya jelaskan yang tadi menyulap operasional produksi pabrik yang tadinya kumuh dan lain lain. Lalu yang tadi disampaikan Pak Silmy yang membuat karyawan sekarang menjadi bangga itu luar biasa," kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (3/8/2016). (feb/wdl)

Hide Ads