Banyak Investasi Akan Masuk RI Tapi Terhalang Harga Gas Mahal

Banyak Investasi Akan Masuk RI Tapi Terhalang Harga Gas Mahal

Yulida Medistiara - detikFinance
Kamis, 22 Sep 2016 17:34 WIB
Banyak Investasi Akan Masuk RI Tapi Terhalang Harga Gas Mahal
Foto: Muhammad Idris-detikFinance
Jakarta - Harga gas untuk industri masih kalah dengan negara tetangga sehingga kalah bersaing. Menperin Airlangga Hartarto mengatakan, mahalnya harga gas menjadi halangan tersendiri bagi investor yang akan merealisasikan investasinya di tanah air.

Padahal saat ini peluang dana segar masuk sangat besar lewat repatriasi dalam program tax amnesty yang saat ini sedang bergulir..

"Investasi masuk ke Indonesia dari Thailand terbatas, Malaysia lumayan, Singapura terbesar. Nah justru momentum tax amnesty harus kita tangkap bahwa ke depan tentu kita lihat banyak pengusaha memanfaatkan tax amnesty tentu dana pulang ini dipakai untuk re-invesatsi di industri. Nah re-investasi industri ini yang harus siap kita tangkap pasca harga gas ini diberikan bersaing," ujar Menperin Airlangga, di kantornya, Jl Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (22/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, dari segi harga gas indeks Thailand ada di urutan 100, Vietnam 120, sedangkan Indonesia nomor 170. Sedangkan dari segi harga listrik Vietnam jauh lebih murah yaitu ada di urutan nomor 70, Thailand urutan 100, dan Indonesia berada di urutan 150.

Padahal di luar biaya logistik dan biaya produksi, Indonesia unggul di besarnya market sehingga ini lah yang harus dijaga. Namun, dengan harga gas dan listrik yang kalah bersaing membuat pengusaha di Indonesia justru memilih berinvestasi dan berekspansi di luar negeri.

Ia mencontohkan ada pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang otomotif berekspansi di Thailand karena dari segi biaya produksi lebih terjangkau. Contoh lainnya pengusaha furniture di Jawa Timur yang memiliki kapasitas besar berinvestasi di Vietnam karena dari segi biaya produksi Indonesia kalah bersaing.

"Kita tahu bagaimana cost structure di Thailand dan Vietnam karena usaha itu owner-nya sama. Perusahaan baja di Indonesia ada kerjasama Jepang, Operasi juga di Thailand, nah justru di sini seandainya kita punya daya saing yang begitu kuat ini yang justru bisa kita kejar. Nah ini yang mau dikejar ke depannya," ujar Airlangga.

Terkait dengan harga gas yang masih tinggi dibandingkan negara lain ini, ada beberapa investor juga menunggu ingin berinvestasi di Indonesia. Misalnya perusahaan Ferrostaal yang menunggu hingga harga gas di kawasan industri Bintuni turun sehingga bisa bersaing dengan negara lain.

"Dari dulu mau masuk tapi terhalang harga gas. Ya macam-macam lah kalau harga gasnya bersaing seperti di timur, Bintuni itu bisa hidup," ujar Airlangga. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads