Harga Gas Mahal, Industri di Bintuni dan Masela Sulit Berkembang

Harga Gas Mahal, Industri di Bintuni dan Masela Sulit Berkembang

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 03 Okt 2016 10:34 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sedang berupaya membangun industri dan kawasan industri supaya berdaya saing di Indonesia. Namun, salah satu faktor yang menjadi kendala adalah harga gas untuk industri yang masih mahal.

Padahal gas bagi industri adalah infrastruktur sebagai bahan baku produksi dan energi. Namun, mahalnya harga gas di Indonesia daripada negara lain membuat industri sulit berkembang.

Ia mencontohkan, pada tahun 1998 industri petrokimia telah lama tertidur, belum dibangun lagi sehingga bila nanti harga gas telah bersaing maka di dorong untuk ekspansi. Padahal telah ada investor seperti Ferrostaal yang menunggu harga gas sama dengan negara lain untuk berinvestasi di Bintuni, Papua. Di kawasan industri blok Masella juga akan dibangun industri, tetapi masih terhalang harga gas yang mahal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang paling terkait industri petrokimia yang selama ini sudah lama tertidur di Kalimantan dan Papua. Nantinya di Masella di industri berbasis metanol yang kita dorong karena selama ini yang berbasis metanol itu kurang karena balik lagi harga gas (kendala)," kata Airlangga, di Kemenperin, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (3/10/2016).

Terkait harga gas ini Menperin Airlangga pada sore nanti akan menyambangi kantor Kementerian Kordinator bidang Perekonomian. Hal itu untuk menghadiri rakor yang dihadiri stakeholder terkait seperti Kementerian ESDM, Kementerian BUMN.

"Nanti kita rapat sore di Menko," kata Airlangga.

Menperin saat ini sedang mengembangkan wilayah kawasan industri untuk mendorong penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu juga dilakukan upaya penghematan devisa dan menghasilkan devisa melalui pengembangan kawasan di luar jawa dengan melatih daya saing dengan pelatihan SDM.

Kawasan industri di Jawa telah berjalan. Akan tetapi, kawasan di luar Jawa lain yang akan di dorong perkembangannya terkait dengan industri sawit atau crude palm oil (CPO) di Dumai Riau dan Kalimantan.

"Yang di Jawa kan sudah relatif jalan, yang di luar Jawa terkait dengan palm oil economic zone itu di Dumai, kita dorong juga di salah satu daerah Kalimantan terkait palm oil," kata Airlangga. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads