PT Pupuk Indonesia menyambut baik kebijakan pemerintah ini. Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, mengatakan pemangkasan harga gas bukan hanya untuk meningkatkan daya saing, melainkan juga untuk mendorong produksi pupuk.
Selain itu, pemangkasan harga gas akan mengurangi biaya untuk subsidi pupuk. Aas mengharapkan, pemerintah bisa memangkas harga gas menjadi US$ 3-4/MMBtu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah untuk menurunkan harga gas industri," kata Aas.
Aas menambahkan, tantangan industri pupuk saat ini adalah tingginya harga gas dan pabrik yang tua. Hal itu membuat pupuk dalam negeri sulit bersaing.
"Karena usia pabrik yang rata-raya sudah tua dan menggunakan teknologi lama, pabrik urea kita termasuk boros konsumsi gasnya. Rata-rata pabrik kita sudah berusia di atas 20 tahun dan konsumsi gasnya sekitar 35 MMBtu/ ton. Akibatnya kita sulit bersaing dengan internasional. Masuknya produk impor jadi tantangan kami, jika hal tersebut dilakukan produksinya bisa berkurang," ujar Aas.
Pabrik yang sudah tua itu akan dimatikan dan digantikan dengan pabrik baru yang lebih efisien dan hemat energi dengan rata-rata konsumsi gas sekitar US$ 25/ MMBtu. Saat ini PT Pupuk Indonesia melakukan program revitalisasi dengan pembangunan pabrik Kaltim 5 di Bontang serta pabrik Amurea 2 di Gresik yang ditargetkan beroperasi 2018.
Revitalisasi itu meliputi penghematan biaya distribusi dan biaya non gas lainnya untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam mengamankan pasokan pupuk untuk sektor tanaman pangan.
"Dengan adanya pabrik baru kami juga meningkatkan penghematan biaya distribusi dan biaya non migas lainnya," imbuhnya. (hns/hns)











































