Meski lebih efisien tetapi dengan harga gas yang diterima US$ 5,86/ MMBtu, masih ada persoalan yang dihadapi Pupuk Kaltim 5 ini.
"Pupuk Kaltim itu adalah pabrik pupuk paling hemat, efisien, dibangun dengan harga paling murah, dana investasinya murah waktu tender harganya cuma US$ 576 juta dan pemenang kedua US$ 700 juta dari capexnya rendah. Tapi tetap nggak bisa bersaing karena harga gasnya tinggi," kata Direktur Utama PT Pupuk Kaltim, Bakir Pasaman, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (2/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain karena harga gas yang tinggi, kerugian tersebut disebabkan karena Harga Pokok Produksi produk ammonia yang tinggi sebesar US$ 322/ton sedangkan harga jualnya lebih rendah sebesar US$ 206/ton.
Hal itu juga terjadi pada produk urea di mana harga produksinya lebih tinggi US$ 249/ton, sedangkan harga jualnya lebih rendah menjadi US$ 218/ton.
Pabrik Pupuk Kaltim 5 ini baru diresmikan tahun 2015 kemarin, tetapi masih memiliki pinjaman berupa pengembalian modal pembuatan pabrik dan bunga yang 77% menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat. Beberapa permasalahan tersebut membuat Pabrik Pupuk Kaltim 5 berpotensi terkena kerugian US$ 56 juta per tahun.
"Potensi ruginya US$ 56 juta per tahun. Sekarang harga amoniak itu HPP nya tinggi tapi harga amoniaknya di bawah itu rugi, urea juga harga produksinya lebih tinggi daripada harga jual jadi rugi, kalau dengan kondisi seperti ini Pupuk Kaltim 5 yang lebih efisien pembuatan pabriknya itu malah justru rugi apalagi pabrik lain," kata Bakir.
Ia menginginkan Pupuk Kaltim 5 untuk turut diajak dalam memberikan rekomendasi penurunan harga gas ke pemerintah. Saat ini kapasitas pabrik urea Pupuk Kaltim 5 sebesar 3,4 juta ton sedangkan ammonia 2,7 juta ton. Dia berharap produksi Kaltim 5 ada sebanyak 1,1 juta ton per tahun untuk subsidi.
Ia berharap jika harga gas tetap US$ 5,75/MMBtu ada pertukaran sumber gas antara Pupuk Kaltim 2 dan Pupuk Kaltim 5 karena harga gas Pupuk Kaltim 2 telah dijual US$ 3/MMbtu. Sedangkan Pupuk Kaltim 2 tidak ada tanggungan pinjaman sehingga dinilai dapat bertahan.
"Harga lama tetap di US$ 5,75 /MMBtu pun itu masih rugi, kita sebenarnya minta kalau boleh ada diskresi bahwa Kaltim 5 kalau berdasarkan Inpres itu kalau bisa di diskresi subsidi Kaltim hanya di Kaltim 5, sementara pabrik lain untuk komersial. Itu salah satu cara yang mendukung dapat mengembalikan modal, bunga dan pinjaman, kalau misalnya harga gas nggak bisa turun kami berharap gas yang diterima di alihkan ke Kaltim 5, dan dari Kaltim 2 itu di tukar ke Kaltim 5," imbuhnya. (hns/hns)











































