Menurut Ade Cahya Manajer Humas PT Pupuk Kujang, Laos tertarik mengajak Indonesia berinvestasi di tambang potasium yang terletak di provinsi Khammouan. "Potensi potasium di tambang itu mencapai satu juta ton per tahun," ujar Ade kepada detikcom via telepon, Sabtu (29/7/2017).
Potasium adalah mineral yang digunakan untuk bahan pembuatan pupuk NPK. Menurut Ade, barang itu amat penting di industri pupuk. "Setiap tahun, Pupuk Kujang membutuhkan 70 ribu ton potasium," ungkap Ade.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Teknologi Pupuk Indonesia, Djohan Syafri, mengatakan kerja sama dengan Laos bisa diwujudkan dalam beberapa konsep salah satunya adalah membangun pabrik NPK di Laos.
"Agar dekat dengan sumber bahan baku. Kemudian urea dan fosfat kami datangkan dari pabrik kita di Indonesia dan kemudian hasil produksi NPK tersebut kemudian dijual di wilayah Laos dan sekitarnya" kata Djohan.
Meski kerja sama ini masih dalam penjajakan, Saleumxay menjamin pemerintah Laos mendukung penuh kerja sama tersebut. "Sekaligus memperingati 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara," kata Ade.
"Karena Laos ingin meningkatkan kerja sama dengan Indonesia,"
Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, nilai perdagangan antara Indonesia dan Laos periode Januari hingga April 2017 sebesar US$ 4,52 juta. Naik dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya senilai US$ 3,5 juta. Total perdagangan tahun 2016 sekitar US$ 10,071 juta. Investasi Indonesia di Laos pun terbilang lancar, tercatat saat ini nilainya mencapai US$ 1,1 juta. (ang/ang)











































