Warung makan jadi salah satu pengguna garam dapur, seberapa besar pengaruhnya ke usaha kuliner tersebut?
Yanto, salah seorang pemilik Warung Tegal (Warteg) di Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur, mengatakan kenaikan harga garam tak terlalu berpengaruh kepada usahanya, lantaran kebutuhan garam untuk memasak juga tak besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari paling habis setengah kilogram (kg). Saya kemarin beli garam 1 kg memang harganya Rp 25.000, karena biasanya cuma Rp 20.000/kg. Kecil lah, kadang sehari habis berapa," ujar Yanto ditemui di Wartegnya, Jumat (4/8/2017).
Menurut Yanto, beberapa lauk dengan bahan baku garam seperti ikan asin, teri, sampai telur asin juga tidak mengalami kenaikan di pasar. Sehingga dirinya merasa tidak perlu menaikkan harga lauk di Wartegnya.
"Ikan asin sama teri masih sama harganya di pasar, jadi enggak naik saya jual. Kamu kalau beli nasi lauknya teri ya harganya Rp 7.000, nasinya Rp 4.000, lauk terinya Rp 3.000. Kalau mau pakai telur asin tambah Rp 4.000. Kalau di pasar belanjanya belum naik, ya enggak perlu (naik)," ucap Yanto.
Senada, pedagang masakan Padang di Pasar Jatinegara, Ardi, juga mengungkapkan hal yang sama. Dalam sehari, dapurnya bisa menghabiskan 1 kg garam meja untuk memasak rendang dan lauk lainnya.
"Kalau buat Warung Padang, garam naik tidak terlalu berpengaruh. Tidak keberatan kalau kita," tandas Ardi.